karya Hasna Hafizhah Salma
mengukir cinta dalam asa
merajut mimpi dalam belenggu
takkan sampai pada haluan
melambung tinggi harap tak sampai
tak pantas untuk melukai
menjadi jiwa menepi hati
mengikhlaskan sebagian diri
merelakan berbalas kasih
jauh tak pernah kembali
meninggalkan hamparan pedih
cerita palsu terus terukir
dalam derita penuh tawa
aku yang mencintaimu
dalam diam dalam semu
kugenggam namun tak mampu
biarlah berlalu bersama waktu
aku yang peduli terhadapmu
menahan hati untuk menunggu
walau tak kunjung kau mengaku
biarlah hati tertahan menyeru
Saturday, May 12, 2012
notitle~
karya Hasna Hafizhah Salma
entah apa yang harus kukatakan,
haruskah aku menangis?
utarakan maksud hati?
tanpa harus ku berpura-pura
atau haruskah kulalui
cerita hati tanpa menepi
berlalunya waktu sendiri
menuju hati kian pasti
begitu rumit untuk kujelaskan
terlalu rapuh untuk kujabarkan
penuh tawa sembunyikan derita
perih hati makin merana
entah apa yang harus kukatakan,
haruskah aku menangis?
utarakan maksud hati?
tanpa harus ku berpura-pura
atau haruskah kulalui
cerita hati tanpa menepi
berlalunya waktu sendiri
menuju hati kian pasti
begitu rumit untuk kujelaskan
terlalu rapuh untuk kujabarkan
penuh tawa sembunyikan derita
perih hati makin merana
Friday, May 11, 2012
notitle~
karya hasna hafizhah salma
jerit hati tak menentu
tertahan sedih yang berliku
tersenyum palsu di tengah kaku
menarik rindu dalam bisu
aku berlari menembus waktu
membelah jalan menahan pilu
bertabur derita tawa palsu
hinaan diri makin menusuk
setia dalam menunggu
harap cemas bercampur satu
semuanya terukir penuh
dalam cerita berbatas waktu
kutinggalkan hamparan ragu
meninggalkan asa dalam belenggu
kupaksakan hati menuju
tak kembali pada yang lalu
jerit hati tak menentu
tertahan sedih yang berliku
tersenyum palsu di tengah kaku
menarik rindu dalam bisu
aku berlari menembus waktu
membelah jalan menahan pilu
bertabur derita tawa palsu
hinaan diri makin menusuk
setia dalam menunggu
harap cemas bercampur satu
semuanya terukir penuh
dalam cerita berbatas waktu
kutinggalkan hamparan ragu
meninggalkan asa dalam belenggu
kupaksakan hati menuju
tak kembali pada yang lalu
Senada Harap dalam Badai
karya Hana Nabilah
Serumit nada dalam diam
merengkuh hina bercampur darah
tertutup keji dibalut suara
melambai indah tertarik angan
penari janji bertabur dusta
menarik hidup dan jalurnya
sepahit racun pada tawa
menetes cinta terhapus dendam
teriakan padu mengalun tajam
menuju harap berlatas palsu
tersungging indah senyum paksaan
merajut kasih berjarum hitam
terlampau benci dibalas rindu
menyunting kisah dibalik awan
kau tak harus menyentuh langit
karena tinggi terlalu kejam
melukis arah terbawa harap
menyunting kisah dibalik awan
sehelai rambut memaksa diam
menyerapi hidup kelu tanpa jeda
menghentikan angan tinggi
tertarik kutu tak tahu diri
sehelai yang tak berguna
menyendiri diatas lahan tanpa kawan
tertahan akar berlapis baja
meratap hidup bukan jalannya
seikat ijuk menghapus duka
membelai kasih berserak cinta
menyapu pasir yang tak berguna
terinjak telapak berkuman seribu
membawa hidup ke dunia lain
kehidupan baru di alam mimpi
setitik semangat tinta harapan
menggoreskan seulas senyum diatas awan
menerka tawa berbalas hina
terbantu burung menarik terbang
memanah tujuan hidup
tak selalu disaut ceria
petir api merusak langit
menoreh kisah berlatar kehampaan
satu dalam seribu
menjilat bulu putih bertekstur lembut
lidah tak berdosa menjadi senjata
menelan berjuta bakteri tanpa pinta
matahari membakar kulit dengan paksa
berjuta lalat hitam menyergapinya
meminta lebih dan tak ada habisnya
rasa puas sirna tanpa perintah
terlelap diri dan indahnya
lautan keringat mengalir deras
mematahkan tulang-tulang tak berdaya
menggerogoti pikiran untuk bahagia
terlena mata dengan hijaunya
selembar pun akan terampas
tak ada ampun untuk terus berjuang
mengorek peruntungan demi memilikinya
maksud hati melukis tawa
tak sampai arah karena badainya
tertumpah warna diatas awan
mengubah rasa menjadi harap
tertutup awan berubah gelap
jingga langit mengajak diri terbang
menorehkan suka dengan anginnya
terpatah tatap diujung luka
menyingkirkan ego pada teriknya
Serumit nada dalam diam
merengkuh hina bercampur darah
tertutup keji dibalut suara
melambai indah tertarik angan
penari janji bertabur dusta
menarik hidup dan jalurnya
sepahit racun pada tawa
menetes cinta terhapus dendam
teriakan padu mengalun tajam
menuju harap berlatas palsu
tersungging indah senyum paksaan
merajut kasih berjarum hitam
terlampau benci dibalas rindu
menyunting kisah dibalik awan
kau tak harus menyentuh langit
karena tinggi terlalu kejam
melukis arah terbawa harap
menyunting kisah dibalik awan
sehelai rambut memaksa diam
menyerapi hidup kelu tanpa jeda
menghentikan angan tinggi
tertarik kutu tak tahu diri
sehelai yang tak berguna
menyendiri diatas lahan tanpa kawan
tertahan akar berlapis baja
meratap hidup bukan jalannya
seikat ijuk menghapus duka
membelai kasih berserak cinta
menyapu pasir yang tak berguna
terinjak telapak berkuman seribu
membawa hidup ke dunia lain
kehidupan baru di alam mimpi
setitik semangat tinta harapan
menggoreskan seulas senyum diatas awan
menerka tawa berbalas hina
terbantu burung menarik terbang
memanah tujuan hidup
tak selalu disaut ceria
petir api merusak langit
menoreh kisah berlatar kehampaan
satu dalam seribu
menjilat bulu putih bertekstur lembut
lidah tak berdosa menjadi senjata
menelan berjuta bakteri tanpa pinta
matahari membakar kulit dengan paksa
berjuta lalat hitam menyergapinya
meminta lebih dan tak ada habisnya
rasa puas sirna tanpa perintah
terlelap diri dan indahnya
lautan keringat mengalir deras
mematahkan tulang-tulang tak berdaya
menggerogoti pikiran untuk bahagia
terlena mata dengan hijaunya
selembar pun akan terampas
tak ada ampun untuk terus berjuang
mengorek peruntungan demi memilikinya
maksud hati melukis tawa
tak sampai arah karena badainya
tertumpah warna diatas awan
mengubah rasa menjadi harap
tertutup awan berubah gelap
jingga langit mengajak diri terbang
menorehkan suka dengan anginnya
terpatah tatap diujung luka
menyingkirkan ego pada teriknya
Wednesday, May 9, 2012
notitle~
kurelakan engkau berlari,
mengejar asa kian jauh,
hamparan hati mulai mengabu,
kelabu datang menunggu...
kurelakan engkau melepas,
setitik demi setitik,
genggaman dalam kalbu,
yang kian memalsu...
kurelakan engkau bahagia,
menggenggam penuh kebahagiaan,
di saat kamu menggapainya,
kutitipkan salam pada angin
aku mulai merapuh,
mengapung di atas abu...
mengejar asa kian jauh,
hamparan hati mulai mengabu,
kelabu datang menunggu...
kurelakan engkau melepas,
setitik demi setitik,
genggaman dalam kalbu,
yang kian memalsu...
kurelakan engkau bahagia,
menggenggam penuh kebahagiaan,
di saat kamu menggapainya,
kutitipkan salam pada angin
aku mulai merapuh,
mengapung di atas abu...
Diatas ceritamu~
karya Hasna Hafizhah Salma
ceritaku terukir diatas ceritamu,
takkan pernah kubiarkan,
dirimu yang melayu dalam genggaman,
bila itu harus,
aku akan merelakanmu...
takkan pernah kuizinkan,
kau melemah dalam pelukanku,
biar aku yang menjauh,
dari senyum palsumu...
hujan menyelimutinya,
mengukir setitik demi setitik
air mata dalam asa,
kalbu memaksakannya,
tersenyum walau sungguh terasa amat berat.
ceritaku terukir diatas ceritamu,
takkan pernah kubiarkan,
dirimu yang melayu dalam genggaman,
bila itu harus,
aku akan merelakanmu...
takkan pernah kuizinkan,
kau melemah dalam pelukanku,
biar aku yang menjauh,
dari senyum palsumu...
hujan menyelimutinya,
mengukir setitik demi setitik
air mata dalam asa,
kalbu memaksakannya,
tersenyum walau sungguh terasa amat berat.
Friday, May 4, 2012
welfare~
karya Hasna Hafizhah Salma
Hidup itu penuh rintangan. Bukan sekali dua kali, namun berkali-kali. Hidup itu punya banyak rasa, bukan hanya bahagia namun bisa juga sedih atau apapun. Hidup itu penuh dengan pilihan. Salah memilih, berakibat fatal bagi hidup itu sendiri. Dan hidup itu hanya sekali, jangan disia-siain sama pilihan yang salah.
Zahra berjalan tanpa tujuan. Dia hanya mengikuti kemana kakinya kan berjalan. Zahra bukan gadis yang tegas, hidupnya dipenuhi dengan kebimbangan. Dia tidak bisa mengambil keputusan dengan baik. Di saat Zahra menemukan persimpangan, ia tidak mampu memilih, ia tidak tahu harus memilih yang mana. Zahra hanya ingin kebahagiaan, ia tidak ingin salah pilih dan akhirnya sedih berkepanjangan. Zahra mampu beribu-ribu kali untuk tertawa, namun Zahra takut untuk terjatuh. Terlalu takut, sampai ia tak menemukan apapun dalam hidupnya. Datar.
Sampai suatu hari, Zahra merasa jatah bahagianya telah diambil oleh Tuhan. Ayahnya di PHK, ibunya sakit keras. Zahra yang tidak biasa dengan ketidakcukupan hanya mampu mengeluh dan mengeluh. Dadanya seakan sesak setiap ia tidak dapat menemukan sepeser uang di dompetnya. Bagi Zahra kebahagiaan hanyalah materi. Ayahnya frustasi, mabuk-mabukan dan tidak mengurus ibunya. Sakit yang diderita ibunya semakin parah. Zahra menahan tangis. Pilu untuk mengatakan bahwa ini nyata, bukan mimpi. Zahra ingin berteriak, namun suaranya sudah tidak mampu meneriakan apa yang ingin dikatakannya saat melihat ayahnya pulang dalam keadaan mabuk dan membawa perempuan lain di rumahnya. Zahra hanya menahan nangis dan emosi. Ibunya yang semakin hari semakin memburuk, membuat Zahra harus banting tulang untuk mengobati ibunya. Semakin hari semakin buruk pula tingkah laku ayahnya. Setiap melihat hal-hal baru yang dikerjakan ayahnya selalu membuat dada Zahra sesak, seakan ingin mati saat itu juga.
Ibu Zahra sudah tidak tertolong. Ibu meninggalkannya sebatang kara. Zahra merasa bahwa Tuhan tidak adil, ia ingin tersenyum namun tidak mampu. Ia ingin menangis, namun tertahan. Sahabatnya hanya datang padanya saat ia kaya. Zahra merasa ingin memutar waktu, seperti dulu.
Ayahnya tidak ada perubahan sedikitpun, dia masih saja tetap mabuk-mabukan. Pada hari pemakaman ibu, ayahnya tidak terlihat batang hidungnya. Tidak ada yang menguatkan Zahra saat itu. Dia merasa, Tuhan sedang mengujinya.
Di hari yang berbeda, Zahra mencoba mengikhlaskan semuanya. Kini ia tinggal bersama paman dan bibinya. Zahra hendak berjalan-jalan mencari ketenangan. Saat ia sedang duduk dan menunggu bis datang di halte, seorang pengemis mendatanginya. Saat itu Zahra hanya mempunyai sepeser uang lima ribu. Pengemis itu terlihat tampak lelah, Zahra tidak tega melihatnya. Zahra memberikan uang satu-satunya miliknya kepada pengemis itu. Pengemis itu tersenyum sembari mengucapkan terimakasih dan mendoakannya. Uangnya sudah habis. Zahra tidak jadi naik bis, dia berjalan kaki menuju rumah pamannya. Lelah yang biasa ia rasakan kini tidak terasa sama sekali. Hanya perasaan bahagia bercampur lega dari dalam hatinya. Di sudut persimpangan dekat rumah pamannya, Zahra melihat seorang gembel mendatangi seorang pengemis dan meminta sepeser uang. Zahra tau pengemis itu hanya memiliki makanan yang hendak dimakannya itu, pengemis tadi tidak jadi memakannya, ia memberikannya pada gembel yang mendatanginya. Zahra merasa hatinya teduh.
Sampai di rumah pamannya, ia melihat ayahnya sedang menunggu di ruang tamu. Ayahnya tersenyum padanya, rambutnya beserta pakaiannya sangat rapih. Zahra hendak memasuki rumah pamannya, ayahnya memeluk dengan erat. Zahra ragu untuk membalasnya.
“ayah sudah mendapat pekerjaan lagi. Maafkan ayah yang menyia-nyiakan sisa hidup ibumu dan kamu Zahra. Ayah berjanji akan membahagiaakanmu sampai ayah kembali pada-Nya.” Zahra tidak mampu berkata apapun. hening seketika. Hanya terdengar isakan pelan Zahra. Ayahnya melepaskan pelukannya. Zahra mengangguk dan tersenyum.
Kini semuanya terasa membahagiakan. Zahra selalu mencoba ikhlas dan bersyukur atas apa yang telah ia miliki. Ia selalu merasa bahagia dari dasar hatinya. Tidak terpaksa, tidak karena materi. Kebahagiaannya berawal dari sebuah kebaikan dan ketulusan. Tuhan selalu adil dengan cara-Nya sendiri. J
“kebahagiaan bukan apa yang kamu miliki. Kebahagiaan berasal dari hati nuranimu yang bersedia menerima apapun atas dirimu.” – anonim.
ikhlas
karya Hasna Hafizhah Salma
“Kasihan gadis itu, harus melalui hidupnya penuh dengan kepura-puraan.”
Anna sedang tertawa bersama teman-temannya. Tawanya tidaklah tulus, terlihat dari guratan wajahnya tawanya penuh dengan paksaan. Anna selalu memasang wajah gembira, namun sikapnya yang kaku dan matanya yang redup membuat siapapun yang mengenalinya dengan baik akan berkata bahwa dia sedang berpura-pura. Anna tidak suka dikasihani. Itu yang membuat dia terlihat kuat.
Saat Anna berusia lima tahun, ayahnya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Anna yang tak mengerti, menangis setiap hari selama setahun. Sinar matanya yang selalu menggambarkan kebahagiaannya sudah tidak terpancar lagi. Sinar itu sirna entah kemana. Kebahagiaannya seakan hilang seiring kepergian ayahnya. Anna mengalami perubahaan drastis, ibunya hanya mampu menangis melihat perubahan Anna. Anna menganggap dirinya adalah gadis kecil sebatangkara, tidak memiliki apapun kecuali apa yang ada pada dirinya.
Setahun berlalu, Anna perlahan kembali berubah. Sudah tidak menyendiri lagi. Tangisannya berganti tawa, sinar itu kembali menyala. Anna semakin mampu untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya bahagia di sisi-Nya. Anna menyayangi ibunya lebih dari apapun. Kondisi ekonomi yang minim membuatnya bekerja keras membantu ibunya. Anna melakukan itu semua dengan ikhlas, tanpa paksaan.
Sinar mata Anna sudah sepenuhnya kembali. Tawanya lepas dan ringan. Siapapun yang melihatnya akan berkata Anna adalah gadis yang tidak memiliki beban sama sekali. Apapun itu. Anna telah mengunci rapat-rapat kenangan masa lalunya dengan ayahnya. Sedikit demi sedikit kondisi ekonomi keluarganya terangkat. Anna mampu tersenyum lepas, tanpa beban.
Sepertinya Tuhan sayang pada Anna, Anna diuji kembali oleh-Nya. Ibunya jatuh sakit. Anna banting tulang menggantikan ibunya untuk mencari nafkah. Kondisi ekonominya kembali menurun, bahkan sudah di bawah batas miskin. Anna berhenti sekolah. Uang yang didapatnya sebagian untuk membeli obat ibunya, dan sebagiannya lagi untuk membeli makan untuk dirinya dan ibunya. Namun sinar itu masih ada, menyala. Seakan mengatakan bahwa Anna baik-baik saja. Tidak terjadi apapun pada dirinya dan keluarganya. Walaupun tiap malam, rindu itu menyerang. Anna menangis dalam sujudnya setiap kali ia rindu pada ayahnya. Berharap Tuhan menyampaikan salamnya untuk ayahnya tercinta.
Saat Anna beranjak lima belas tahun, Tuhan benar-benar mengujinya. Ibunya kembali pada-Nya, menghadap-Nya dengan tenang dan senyuman. Anna tidak menangis, tidak juga tertawa, dan Anna tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Datar. Sinar matanya redup, tawanya tidak serenyah dulu, semuanya hancur seketika. Dia merasa bahwa Tuhan tidak sayang padanya. Tuhan tidak adil. Tuhan tidak mampu membuatnya tersenyum bahagia.
“Kau baik-baik saja Ann?” seseorang menepuk Anna lembut. Anna terlonjak. Menghindar.
“jangan sentuh aku.” Anna berteriak. Seseorang itu terenyuh. Namun kasih sayangnya tidak sirna. Seseorang itu percaya bahwa kelembutan akan melunakannya. Anna tidak mendekat juga tidak menjauh dari posisi dimana ia berdiri. Ibunya kini sudah sepenuhnya terkubur. Pelayat sudah pada pulang. Kecuali seseorang yang bertanya dengan lembut pada Anna. Dia masih berdiri di dekat Anna, menunggu sampai pertahanan Anna rapuh. Seseorang yang sangat dekat dengan Anna. Bila, sahabatnya.
“TUHAAAAAAAN! MENGAPA INI HARUS TERJADI?! KAU MENGAMBIL SEMUA ORANG YANG KUSAYANG!!! APA SALAHKU PADAMU TUHAN?! SHOLAT DAN IBADAH SELALU KULAKUKAN DENGAN BAIK!!! TUHAN KEMBALIKAN MEREKA!!!” pertahanan Anna rapuh seketika. Tangisnya meledak. Sinar matanya kian redup. Bila merengkuhnya erat.
“apa salahku bil? Apa salahku pada Allah, Bil? Kenapa Dia ngelakuin ini Bil? Aku sayang mereka, tapi mereka jahat sama aku. Mereka janji bakal nemenin aku sampai aku dewasa. Tapi mereka ngingkarin janji. Aku punya siapa sekarang??? Bila, apa Allah marah???” Tangis Anna makin pecah. Pernyataan dan pertanyaan menunjukan penyesalan dan penuntutan. Bila tidak dapat menjawab pertanyaannya. Dan mungkin Anna tidak membutuhkan jawabannya. YaAllah, kuatkanlah sahabatku…ampunilah dia dalam ucapannya yang kemungkinan sedang khilaf.. doa Bila dalam hati. Tangis Anna semakin menjadi. Sinar matanya kini telah menghilang, sembab di matanya menunjukan bahwa dia sudah tak mampu menerima beban ini sendirian, dia tak ingin sendirian.
“aku malu Bil, aku malu. Aku belum sempat meminta maaf pada ibuku. Aku belum sempat membuat ibuku bahagia. Aku hanya nyusahin mereka. Aku hanya dapat berbohong pada mereka. Aku jahat sama mereka. Tapi mereka lebih jahat lagi sama aku, mereka ninggalin aku di saat aku butuh mereka. Di saat aku merasa manusia yang paling beruntung memiliki orangtua sebaik mereka. Tapi mereka pergi gitu aja. Aku hina bil. Aku hina!!!!!” Anna mulai tidak bisa mengontrol dirinya. Semakin lama pernyataannya terdengar memaki dirinya sendiri. yaAllah, aku tak mampu melihatnya seperti ini, aku benar-benar tak mampu… batin Bila.
“Hidup bukanlah tentang satu hal. Semua akan kembali pada-Nya, dan kita harus mengikhlaskannya. Percayalah, selalu ada pelangi disela-sela hujan.” – Aku.
Tuesday, May 1, 2012
Ketulusan Hati
Karya: Hasna Hafizhah Salma
Danisa terpaku. Tak ada yang bisa dia lakukan selain melihat dari kejauhan. Tubuh Danisa melemah seketika. Danisa tak tahu apa yang terjadi, yang dia tahu hanya satu, ia ingin menangis. Sudah lama Danisa memendam ini semua, tidak ada yang tahu selain dia dan Tuhan. Danisa tak mampu mengukir berbagai kata atas kesedihannya. Ingin tersenyum namun tak mampu, ingin berteriak rasanya sekeras apapun ia berteriak tak ada satupun suaranya yang terdengar. Saat ini ia merasa Tuhan benar-benar tidak adil.
“Dan…” Suara lembut terdengar memanggilnya. Danisa menoleh. Ibu. Tanpa menunggu apapun, Danisa langsung memeluk erat ibunya, seakan mengatakan “ibu kuatkan aku”. Ibunya memeluk lembut dan penuh sayang. Danisa sudah tidak mampu menahannya sendirian, Danisa terisak. Ibu mempererat pelukannya dengan lembut.
“Bu, aku menyayanginya..” ucap Danisa lirih.
Setelah hari pemakaman Farhan, sudah tidak ada lagi yang dapat menghibur Danisa. Farhan sahabatnya yang bisa mengerti dan selalu membuatnya nyaman. Danisa mengerti, bersahabat dengan lawan jenis memungkinkan jatuhnya perasaan lain. Seperti dirinya saat ini. Namun, sebisa mungkin Danisa menahan perasaannya. Menitipkannya pada Yang Maha Kuasa. Menjadikannya motivasi atas dirinya, berusaha mungkin tidak menodai rasa yang fitrah itu.
Tak ada yang mengerti perasaan Danisa bagaimana. Sampai Farhanpun hanya mengetahui Danisa menganggapnya sahabat, tidak lebih. Farhan yang saat itu sedang gila dengan yang namanya perempuan, menceritakan semuanya pada Danisa. Danisa menanggapinya dengan bijak, tidak memikirkan dirinya dan perasaannya. Dia memendam dalam-dalam, walau perlahan hatinya tersayat halus. Danisa paham mengenai agama, sebisa mungkin dia tidak membawa perasaannya, sebisa mungkin dia menempatkannya pada hal yang tepat. Danisa terlihat manis dengan balutan jilbab di tubuhnya, dia bersahabat dengan Farhan namun menjaga sebisa mungkin kehormatannya. Tidak pernah Danisa bersentuhan dengan lawan jenisnya, tak terkecuali Farhan.
Banyak perempuan di sekolahnya yang menyukai Farhan dan mendekatinya hanya sekedar mengorek informasi mengenai Farhan. Danisa hanya memberi tahu kebaikan yang Farhan miliki, itu membuat teman-teman perempuan Danisa semakin menyukai Farhan. Namun Farhan tidak pernah mengubrisnya. Farhan yang terkesan kalem mempunyai sejuta rahasia tersimpan rapih dalam memori Danisa, membuatnya semakin menarik. Danisa selalu menitipkan kembali apa yang diceritakan Farhan padanya kepada Tuhan. Danisa menaruh harapan pada Tuhan, dan berharap Tuhan senantiasa menjaga perasaannya hingga tidak berzina. Danisa hanya ingin, Farhan bahagia. Dia tidak menginginkan apapun darinya. Danisa selalu mendoakan Farhan dalam tiap sujudnya. Namun di saat dia sudah benar-benar ikhlas dan menitipkan seluruh perasaannya pada Tuhan, Tuhan mengujinya. Seakan Tuhan menginginkan seberapa Danisa telah mengikhlaskannya dan menitipkan pada- Nya. Farhan pergi meninggalkannya, bukan untuk sementara waktu namun selamanya. Sayatan luka di hatinya perlahan membesar, Danisa mencoba perlahan memperbaikinya. Tak pernah berhenti mendoakan Farhan dalam tiap bait doanya. Ibunya pun, penguat dirinya selalu disebutnya dalam bait-bait doa malamnya. Terimakasih Tuhan, atas rasa yang Kau berikan ini. Kau memberiku kesempatan mengenai arti ketulusan. Hati Danisa berbicara.
“Bu, terimakasih.” Danisa memeluk ibu erat.
“Untuk?” ibu membalas pelukan Danisa dengan lembut. Danisa tersenyum.
“semuanya”.
10 Cara Agar Berhasil Bangun Lebih Pagi
Berapa kali Anda bertekad bangun lebih pagi tapi tak pernah bisa menghindari dari godaan tombol "Snooze" di jam alarm?
Niat saja tak cukup untuk membuat angan-angan bangun pagi jadi kenyataan. Kita juga perlu menyertainya dengan sejumlah usaha yang bisa membuat kita mau tak mau harus bangun juga.
Berikut beberapa cara yang mungkin bisa membantu.
1. Tidur efektif
Semua juga tahu kalau ingin bangun lebih pagi kita sebaiknya tidur lebih awal. Tapi percuma saja tidur selama delapan jam jika tidur kita tidak efektif. Jika posisi tidur tak nyaman, bantal terlalu tinggi, atau suhu kamar terlalu dingin, kita akan terbangun berkali-kali di tengah malam, dan tubuh pun merasa kita belum mendapat cukup istirahat.
2. Hindari kopi, red wine, dan cokelat sebelum tidur
Penelitian menunjukkan tiga jenis makanan dan minuman ini adalah yang paling berpotensi mengganggu tidur. Mengonsumsinya di malam hari bisa membuat perut Anda bergejolak di malam hari dan tidur pun tak nyaman.
3. Buka tirai jendela kamar
Begitu matahari terbit, sinarnya akan masuk ke kamar dan membantu Anda terbangun.
4. Geser rutinitas Anda jadi lebih pagi
Jika biasanya Anda memulai aktivitas sehari-hari jam 8 pagi, tambahkan beberapa aktivitas tambahan yang dilakukan di jam 7 pagi. Misalnya jogging, berenang di kolam belakang kompleks, memasak sarapan sendiri, menulis untuk blog, atau apa pun aktivitas yang Anda senangi. Lakukan secara rutin setiap hari hingga jadi bagian gaya hidup Anda.
5. Gunakan 2 alarm
Anda biasa menyimpan jam alarm (atau menggunakan alarm ponsel) di samping tempat tidur? Silakan. Tapi pasang juga satu alarm lain, kalau bisa yang bunyinya lebih kencang, di tempat yang berjarak minimal 5 langkah dari tempat tidur. Mau tak mau Anda harus bangun untuk mematikannya. Tapi setelah itu jangan tidur lagi, ya.
6. Simpan segelas air di samping tempat tidur
Begitu alarm berbunyi, duduklah di tempat tidur dan minum segelas air yang sudah disediakan. Sampai habis. Ini berguna untuk membuat tubuh Anda siap beraktivitas dan tak ingin kembali tidur.
7. "Jump out of bed"
Istilah dalam bahasa Inggris ini bisa diartikan secara harfiah. Setelah mematikan alarm, langsung bangkit dan "melompat" turun, lalu jauhi tempat tidur.
8. Pikirkan hal menarik yang akan terjadi hari ini
Sebelum memutuskan untuk tidur lagi, pikirkan rencana kegiatan yang akan Anda jalani hari ini. Jika Anda bangun lebih pagi, tentunya akan ada lebih banyak waktu untuk bersiap-siap, memilih busana terbaik, menata rambut, dan berdandan dengan lebih maksimal. Menyenangkan, bukan?
9. Jadikan kebiasaan
Oke, Anda sudah berhasil bangun lebih pagi dari Senin hingga Jumat. Weekend bisa bangun jam 10 lagi, dong? Jangan salah. Tubuh bekerja menyesuaikan dengan jadwal yang sudah jadi kebiasaan. Jika Anda sudah membiasakan diri selama seminggu untuk bangun pagi, seterusnya tubuh Anda akan terbangun sendiri di jam yang sama. Namun jika rutinitas itu dirusak (tiba-tiba Anda kembali bangun siang selama 3 hari), tubuh pun akan mengikuti jadwal yang baru.
10. Pikirkan risikonya
Setiap Anda berpikir, "Tidur lagi deh, 15 menit lagi," ingatlah bahwa rata-rata manusia menghabiskan sepertiga hidupnya untuk tidur. Jadi jika Anda diberi usia hingga 70 tahun, Anda akan menghabiskan lebih dari 20 tahunnya untuk tidur. Jadi, lupakan tidur 15 menit lagi. Anda masih punya banyak waktu untuk tidur besok-besok.
Niat saja tak cukup untuk membuat angan-angan bangun pagi jadi kenyataan. Kita juga perlu menyertainya dengan sejumlah usaha yang bisa membuat kita mau tak mau harus bangun juga.
Berikut beberapa cara yang mungkin bisa membantu.
1. Tidur efektif
Semua juga tahu kalau ingin bangun lebih pagi kita sebaiknya tidur lebih awal. Tapi percuma saja tidur selama delapan jam jika tidur kita tidak efektif. Jika posisi tidur tak nyaman, bantal terlalu tinggi, atau suhu kamar terlalu dingin, kita akan terbangun berkali-kali di tengah malam, dan tubuh pun merasa kita belum mendapat cukup istirahat.
2. Hindari kopi, red wine, dan cokelat sebelum tidur
Penelitian menunjukkan tiga jenis makanan dan minuman ini adalah yang paling berpotensi mengganggu tidur. Mengonsumsinya di malam hari bisa membuat perut Anda bergejolak di malam hari dan tidur pun tak nyaman.
3. Buka tirai jendela kamar
Begitu matahari terbit, sinarnya akan masuk ke kamar dan membantu Anda terbangun.
4. Geser rutinitas Anda jadi lebih pagi
Jika biasanya Anda memulai aktivitas sehari-hari jam 8 pagi, tambahkan beberapa aktivitas tambahan yang dilakukan di jam 7 pagi. Misalnya jogging, berenang di kolam belakang kompleks, memasak sarapan sendiri, menulis untuk blog, atau apa pun aktivitas yang Anda senangi. Lakukan secara rutin setiap hari hingga jadi bagian gaya hidup Anda.
5. Gunakan 2 alarm
Anda biasa menyimpan jam alarm (atau menggunakan alarm ponsel) di samping tempat tidur? Silakan. Tapi pasang juga satu alarm lain, kalau bisa yang bunyinya lebih kencang, di tempat yang berjarak minimal 5 langkah dari tempat tidur. Mau tak mau Anda harus bangun untuk mematikannya. Tapi setelah itu jangan tidur lagi, ya.
6. Simpan segelas air di samping tempat tidur
Begitu alarm berbunyi, duduklah di tempat tidur dan minum segelas air yang sudah disediakan. Sampai habis. Ini berguna untuk membuat tubuh Anda siap beraktivitas dan tak ingin kembali tidur.
7. "Jump out of bed"
Istilah dalam bahasa Inggris ini bisa diartikan secara harfiah. Setelah mematikan alarm, langsung bangkit dan "melompat" turun, lalu jauhi tempat tidur.
8. Pikirkan hal menarik yang akan terjadi hari ini
Sebelum memutuskan untuk tidur lagi, pikirkan rencana kegiatan yang akan Anda jalani hari ini. Jika Anda bangun lebih pagi, tentunya akan ada lebih banyak waktu untuk bersiap-siap, memilih busana terbaik, menata rambut, dan berdandan dengan lebih maksimal. Menyenangkan, bukan?
9. Jadikan kebiasaan
Oke, Anda sudah berhasil bangun lebih pagi dari Senin hingga Jumat. Weekend bisa bangun jam 10 lagi, dong? Jangan salah. Tubuh bekerja menyesuaikan dengan jadwal yang sudah jadi kebiasaan. Jika Anda sudah membiasakan diri selama seminggu untuk bangun pagi, seterusnya tubuh Anda akan terbangun sendiri di jam yang sama. Namun jika rutinitas itu dirusak (tiba-tiba Anda kembali bangun siang selama 3 hari), tubuh pun akan mengikuti jadwal yang baru.
10. Pikirkan risikonya
Setiap Anda berpikir, "Tidur lagi deh, 15 menit lagi," ingatlah bahwa rata-rata manusia menghabiskan sepertiga hidupnya untuk tidur. Jadi jika Anda diberi usia hingga 70 tahun, Anda akan menghabiskan lebih dari 20 tahunnya untuk tidur. Jadi, lupakan tidur 15 menit lagi. Anda masih punya banyak waktu untuk tidur besok-besok.
from: id.yahoo.com
Subscribe to:
Posts (Atom)