Part 6
Pagi duniaa! Pagi yang indah bukan? Burung-burung berkicauan menyambut pagi. Anak-anak asyik bermain di luar. Kegiatan seperti ini biasa kita temui di hari sabtu ataupun minggu. Namun hari ini bukan hari sabtu atau minggu, tapi hari kamis. Anak-anak bermain karena memang sekolah mereka sudah libur, sama seperti sekolah Alya dan Hana. Namun pagi yang indah ini, tak seindah hati Alya, dia mendapat kabar, bahwa dirinya akan dibawa ke singapore untuk pengonbatan lebih lanjut. Ia sedih, ia tak ingin berpisah dengan sahabatnya, sangat tidak ingin. Dia sudah merasa cocok dan takkan bisa mengganti Hana dengan siapapun di dunia ini. Hanya Hana lah yang mengerti kondisinya, walaupun Hana tak pernah diberi tau olehnya mengenai penyakitnya yang mungkin bisa menuju gerbang ajalnya. Alya sangat menyayangi Hana, sangat menyayanginnya. Hana pun sama seperti Alya, ia juga menyayangi Alya, sahabat baiknya sejak kelas 1 SMP itu. Alya merengek pada mamanya agar dia diobati di sini saja tanpa harus meninggalkan Hana, tanpa harus berpisah dengan Hana. Namun, mamanya berkata,
“sayang, liburan masih lama nak, berkisar 3 minggu kedepan. Kamu pasti sembuh nak, percaya pada Tuhan, percaya pada dokter dan berdoa slalu dalam hatimu sayangku.”
“tapi mah, aku nggak mau ninggalin Hana, aku nggak mau pisah sama Hana, sangat nggak mau mah” mohon Alya lirih
“tenang sayang, insyaAllah, kalau kamu nanti sembuh kamu akan kembali lagi ke Indonesia kurang dari 2 minggu” bujuk mama dengan lembut. Alya tak dapat berkelak lagi, ia pasrah, ia terpaksa meninggalkan Hana untuk 2 minggu ke depan kalau ia sembuh. Namun kalau Tuhan berkhendak lain, ia akan meninggalkan Hana, selamanya.. selamanya..
Sebelum Alya berangkan ke singapore, ia meminta supirnya untuk mengantarkannya ke rumah Hana dan menceritakan segala sesuatu yang ia derita.
“Assalamu’alaikum, Na” sapa Alya
“wa’alaikum sallam, ayuk masuk Ya, mau duduk di dalam atau di luar saja?” jawab Hana ramah.
“di luar saja” kata Alya
“Na, aku mau berbicara sesuatu padamu” kata Alya lagi lirih
“bicarakan saja, ada apa?” jawab Hana sembari tersenyum
“aku ingin ke singapore Na, aku ingin mengobati penyakitku yang sudah sangat parah, sangat” Alya mulai bercerita
“kamu sakit apa si Na? Ingin ku bertanya ini padamu sejak dulu, namun aku menunggu waktu yang tepat, mungkin sekarang.” tanya Hana
“aku sakit.. aku sa-k-k-i-t..” Alya bercerita sambil terbata-bata menahan air mata karena kembali mengingat masa lalu yang sangat suram.
“sakit apa?” tanya Hana semakin penasaran
“dulu, aku sehat Na, nggak seperti sekarang. Waktu kelas 5 SD, habis aku pulang dari toko buku, aku ditabrak dua mobil secara bersamaan dari arah kiri dan kanan, aku bersyukur, aku nggak meninggal di tempat, karena, pas mobil itu menghimpit aku, dan aku berada di antara kedua mobil itu, aku terlempar agak jauh, hingga aku terjatuh dipecahan kaca mobil, selain terjatuh di pecahan kaca itu, kakiku tertimbun pecahan kaca kedua mobil itu, luka sangat parah, sangat. Aku pingsan di tempat. Darahku keluar, kalau saja aku tak cepat ditangani, mungkin aku sudah mati, sudah tak disini. Namun, Tuhan berkhendak lain, aku selamat, namun penyakit yang aku derita ini tak kunjung membaik, malah semakin memburuk, dan sangat buruk. Serpihan kaca waktu itu yang menjatuhi tubuhku, masuk kedalam kakiku, dan tersangkut disana, makanya, kadang-kadang kakiku kambuh dan kalau lagi kambuh, linu banget, dan aku harus menggunakan kursi roda karena tak dapat berjalan. Aku mengira penderitaanku cukup sampai disitu. Nyatanya nggak. Kelas 6, aku sering sakit perut tiba-tiba, aku nggak tau kenapa. Mama langsung membawaku ke dokter. Ternyata kata dokter, aku menderita kanker rahim dan sudah stadium 3. aku kaget, tersentak. Aku belum siap untuk menjalankan oprasi saat itu juga. Akhirnya dokter hanya memberiku obat. Obat itu lah yang membantuku sampai sekarang.” Cerita Alya lirih sambil menitikan air mata
“sakit Ya, sakit. Aku merasakan itu. Tapi kenapa kamu tidak jujur saja padaku kenapa Ya?” tanya Hana sambil merasakan kesakitan yang amat sakit yang sekarang di derita oleh Alya, sahabat baiknya.
“aku takut Na, sangat takut. Aku takut ngerepotin kamu dan bahkan aku takut kehilangan kamu yang akan menjauh andai kamu tau. Aku takut itu tejadi” jawab Alya pelan
“aku nggak akan ninggalin kamu saat kamu sedang seperti ini Ya, kamu sahabat baikku. Kamu yang membuatku mengerti tentang persahabatan ini, kamu yang membuatku lebih tegar. Cuman kamu Ya, kamu tenang aja, aku nggak akan ninggalin kamu dalam sepi, dalam perih. Aku nggak akan ngelakuin itu.” Hibur Hana pada Alya
“terimakasih banyak Na, terimakasih” kata Alya.
“doaku mengiringi jalanmu Ya” kata Hana
“terimakasih banyak sahabat baikku” ucap Alya. Setelah Alya jujur dan bercerita pada Hana. Ia pamit pulang dan meminta agar Hana menutup rahasia ini baik-baik.
bersambung ..
No comments:
Post a Comment