Part 1
Kamar yang serba berwarna biru dan putih, terlihat rapih dan bersih. Terlihat bahwa penghuni kamar selalu membersihkan kamarnya setiap saat dan mungkin cinta keindahan. Betul nggak ya? Yups, ternyata betul, cewek cantik ini senang sekali dengan bersih, rapih dan tentu saja indah. Dia bernama Alya. Alya adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, kakaknya seorang cowok yang menurutnya sangat mengesalkan, namun menurut dia, walaupun nyebelinnya minta ampun, dia tetap kakak semata wayang yang paling ia sayang. Kakaknya bernama Stevano yang biasa dipanggil Stev.
Kakaknya sudah kelas 2 SMA dan Alya kelas 2 smp, jarak Alya dengan kakaknya tak sampai 2 tahun lebih, Alya yang lebih muda 2 tahun dari Stev, memiliki penyakit yang mungkin tak bisa tertolong. Namun penyakit itu tak ada yang tau kecuali keluarganya. Ya, penyakit yang kadang-kadang kambuh dan sering membuat Alya stres, memang harus segera ditangani, kalau tidak? Bahaya akan mengenai Alya, kematian. Namun semua itu belum pasti, karena Alya yakin jika belum waktunya kembali kepada-Nya, ia akan menahan sakit yang ia derita hingga Tuhan berkhendak lain.
Alya sudah mempersiapkan diri, bila penyakit yang ia alamin akan membawanya kedunia lain, kedunia yang tak seindah dunia nyata yang menipu ini. Stev kakaknya slalu membuat Alya tegar dan tetap bersyukur dalam menjalani kehidupannya walaupun tak sebebas anak-anak lain yang seusianya, walaupun kadang0kadang nyebelinnya minta ampun. Sakit memang menahan penyakit yang tak bisa tertolong jika Tuhan berkhendak lain. Berkat ajaran sang kakak. Dia tetap sabar dan slalu bersyukur menjalani kehidupannya walau terkadang perih dan sangat perih menahan sakitnya yang datang tanpa diundang. Bagi Alya bersyukur adalah hal utama dalam hidup, walaupun tak seberuntung oranglain, karena bukan juga orang yang paling kurang beruntung maka dari itu, Alya slalu menjalankan kewajibannya, yaitu Sholat lima waktu.
Mama Alya yang kadang-kadang juga menitikan air matanya karena ketegaran sang anak bungsunya dan penerapan melalu sang kakak. Sungguh air mata bahagia yang dipunyai mama Alya saat ini.. Ibu mana yang nggak ingin anaknya seperti itu? Pasti semua ibu di dunia ini, ingin anaknya slalu ada di jalan yang lurus dan tak pernah berhenti bersyukur, hingga Tuhan berkhendak lain. Keluarga Alya hidup dengan landasan iman dan islam yang kuat. Karena kakek Alya yang sudah tiada slalu mengajarinya ilmu-ilmu yang kelak berguna dikemudian hari.
Sebenarnya Alya sering iri pada teman-temannya yang sedang asyik bermain, berlari, tertawa bersama, namun ia hanya dapat melihat dari arah kejauhan. Dulu ia bisa seperti itu namun sekarang ia hanya dapat melihatnya.. Itu sedih, sedih, bahkan sedih sekali.. Walaupun ia tak bisa beraktivitas seperti teman-teman yang lainnya, ia tetap pintar, bahkan paling pintar soal pelajaran selain olahraga di sekolah. Tentu saja, jika ia mengikuti pelajaran olahraga, sama saja ia menyakiti dirinya sendiri.
Pertama kali Alya mengalami penyakit ini namun tak terlalu parah, ia sempat ikut pelajaran olahraga di sekolah, namun tak berapa lama dia mengikutinya, penyakitnya kambuh dan ia pingsan. Sungguh, ternyata penyakitnya bertambah parah, perih, sakit dan sedih ia rasakan bersama-sama di dalam hatinya. Makanya dia tak pernah lagi mengikuti pelajaran olahraga di sekolahnya.
Hari ini sekolah Alya libur, ya karena guru-guru sedang mengadakan rapat untuk kelulusan murid-murid kelas 9 di SMPnya, pertengahan semester 2 gini, guru-guru di Sekolahnya sibuk memperhatikan kelulusan anak kelas 3 SMP alias 9 di SMPnya. Alya menatap wajah cantiknya di cermin. Dia melihat, dirinya yang sebegitu lemah dan tak berdaya, namun ketika ia tersenyum, seakan lupa dengan segala beban yang memikul hidupnya, dan wajahnya semakin menjadi cantik bahkan manis, emangnya gula? Hihi.. Tanpa disadari, kelopak mata Alya mulai dipenuhi air mata, air mata yang biasa keluar tanpa disadari Alya dan air mata yang keluar tanpa sebabnya jika ia memandang dirinya di cermin. Sungguh, ingin cepat mati rasanya , batin Alya dalam hati kecilnya. Semakin ia ingin melupakan masa lalunya yang terjadi, semakin sakit dan terasa penyakit yang ia derita itu. Sungguh kasian, melihat kondisi seorang cewek cantik yang harus memikul beban dalam kehidupan sehari-harinya.
Tok.. Tok.. Tok.. Suara pintu kamar yang diketok dari sebelah,
“siapa?” tanya Alya sambil menghapus air matanya yang telah menetes di pipinya.
“mama, Al” jawab di sebrang pintu.
“masuk aja ma, nggak aku kunci kok..” kata Alya. Mama masuk dan langsung duduk di kasur Alya, mama juga meminta Alya duduk di sampingnya. Alya mendekati mama, setelah ia benar-benar berada di samping mama, ia bertanya pada mama,
“ada apa ma?”
“makan dulu yuk nak, jangan banyak meratapi semuanya dengan kesedihan.. Inget kan kata kak Stev? Bersyukur dan hadapi semuanya dengan sabar.. Makan dulu yuk, nanti tambah sakit loh, mau?” tanya mama sambil membujuk Alya yang tak mau makan dari tadi pagi.
“iya mah, aku makan deh” jawab Alya pasrah. Akhirnya mama sama Alya turun kebawah untuk makan siang bersama. Alya duduk dan tanpa sedikit berbicara ia langsung mengambil nasi dan lauk yang sedikit. Keadaan mebisu. Mama akhirnya mengalah dan memulai pembicaraan duluan,
“gimana Al? Masakan mama enak?”
“enak ma” jawab Alya singkat
“suka nggak kamu?” tanya mama lagi
“suka kok, makasih ya mah” jawab Alya agak panjang sedikit dari jawabannya yang pertama. Keadaan kembali membisu sampai Alya dan mama selesai makan. Tanpa terucap satu katapun, Alya kembali ke atas menuju kamarnya, dia melihat ke arah jendela beberapa menit, tak sadar ternyata ia melamun. Rasanya lelah sekali meskipun tak melakukan kegiatan apapun. Ya, semenjak dia mempunyai penyakit itu, Alya jadi sering lelah, tak tau kenapa? Mungkin bawaan karena penyakitnya kali ya? Hmm, ngerii..
Karena Alya merasa udah nggak sanggup lagi untuk melek alias terjaga siang ini, akhirnya Alya pun membaringkan badannya di kasur, tak lama kemudian dia tertidur. Ia tertidur sangat pulas, mungkin karena kecapean kali ya, jadinya tidurnyapun sangat pulas.
Kak Stev, kakaknya Alya baru pulang dari sekolah, ia langsung mandi dan membaringkan badannya di kasur. Sebenarnya kak Stev ingin godain adik manisnya itu, namun sayang, Alya masih meram rapat alias tidur. Kak Stev yang mengerti kondisi Alya, slalu menghibur Alya kalau lagi sedih, dan kadang-kadang Alya nggak suka dengan keusilan kakaknya yang sering membuat ia tambah sakit. Kalau udah sakit gara-gara Stev, mama bertindak cepat.
Jam 6.00 p.m Alya baru bangun dari tidurnya, dia langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sehabis mandi, Alya ke kamar kak Stev dan ingin bercerita padanya. Tapi sayangnya kak Stev tidak ada di kamarnya, dan ternyata ia asyik membantu papa yang lagi kesulitan, ya Alya mengerti dan ia pun mengurungkan niatnya untuk bercerita kepada kakak semata wayangnya yang ganteng itu.
Hari sudah semakin malam, seharian Alya mengurung diri di kamar kecuali untuk makan dan menemui kak Stev, namun sayang kak Stev lagi benarr-benar sibuk, jadi niatnya untuk berceria ia kurungkan. Alya yang nyenyak tidur siang tadi, akhirnya malam ini dia terjaga dari tidurnya, ia slalu memandangi fotonya yang dulu, yang ceria, tak seperti sekarang yang sudah lemah fisiknya. Ia merasa sangat kangen dengan masa-masa dulu ketika Alya masih pandai bermain dengan sahabat-sahabat baiknya.
Lagi-lagi Alya nggak sadar kalau air matanya menitik ke foto yang lagi ia ratapi, rasa rindu dengan kondisi yang dulu sangat begitu terasa. Dia pengen bisa seperti anak-anak yang lain, namun sekarang sepertinya tidak mungkin, penyakitnya sudah benar-benar parah, ia tinggal menunggu waktu pelaksanaan oprasi dan menunggu ajal menjemputnya.
Alya menaruh kembali foto yang ia pegang erat-erat, foto yang diambil sudah lama, sebelum ia mengenai penyakit parah ini. Cewek cantik ini yang pintar dalam segala hal kini tak pintar lagi dala segala hal, hanya mata pelajaran pokok yang ia gampang mengerti, pelajaran olahraga sungguh ia slalu dikasih tugas lain dan dibedakan dengan teman-teman lainnya, tidak seperti dulu, batinnya. Alya menghapus air matanya yang telah jatuh di pipi dan frame fotonya itu.
Waktu sudah menunjukan pukul 9.00 p.m, waktunya untuk tidur, namun karena tidur siang Alya yang sangat pulas, ia bisa melawan rasa kantuknya dan mungkin terjaga dari tidurnya saat ini. Alya melihat catatan-catatan dari teman-temannya dulu waktu ia masih SD, kembali ia menjatuhkan air mata di pipinya yang chubby. Dia merasa kangen dengan teman-teman SDnya, namun sulit untuk Alya melakukan jalan-jalan sekarang yang sudah terkena penyakit yang tak bisa disembuhkan itu. Tak seperti dulu, batinnya lagi.
Alya kembali menaruh catatan yang membuatnya terngiang atas masa lalu yang masih cerah. Yang beda seperti sekarang. Namun Alya berfikir, akan ada harapan yang baru jika Tuhan mengkhendaki. Insomnianya karena sudah tidur siang, kini terkalahkan, Alya sudah membaringkan dirinya di tempat tidurnya, tak berapa lama kemudian, Alya pindah ke dunia lain alias sudah pulas dan bermimpi.
bersambung ..
No comments:
Post a Comment