Part 3
Sebelum berangkat sekolah, Hana menyempatkan untuk menjenguk Alya dulu. Alya ternyata sudah pulih, namun alangkah kagetnya Hana, walaupun Alya pulih, ia memakai kursi roda. Namun Hana takkan menjauh cuman gara-gara itu, karena Hana menyayangi Alya seperti dia menyayangi dirinya sendiri. Hana mendorong Alya yang duduk di kursi roda, Hana masih tak tau, apa sih yang disembunyikan dari Alya dan keluarganya dari orang lain? Apa penyakit yang Alya derita? Hati Hana berbicara dan bercakap-cakap sendiri.
Sesampai di sekolah, teman-teman, adik kelas bahkan kakak kelas bertanya kepada Hana teman baiknya atau mungkin sahabat terbaiknya Alya.
“Alya kenapa Na?” tanya kak Rido kepada Hana
“sakit kak” jawab Hana singkat
“sakit apa? Sakitnya parah?” tanya kak Fasya
“aku juga nggak tau kak” jawab Hana sembari tersenyum. Memang benar puisi yang Alya tulis, kalau senyuman Hana tulus dari hati dan membuat semuanya menjadi lebih berarti.
“ohhaha. Kalau tau, kasih tau aku ya” kata ka Fasya lagi.
“aku juga” kata Dankur anak kelas 7 yang ikut ada di sana. Suasana seperti jumpa pers artis-artis. Hihi, mereka mendadak jadi artis.
“iya” jawab Hana lembut sembari tersenyum.
Akhirnya Alya dan Hana sampai juga di kelas mereka. Kelas sepi, anak-anak masih pada sibuk dengan tugas masing-masing, Alya memulai pembicaraan,
“Na, kamu kan slalu ada di sampingku kan?”
“pasti dong Al, aku kan gak mau kehilangan kamu selamanya..” jawab Hana sambil tersenyum kepada Alya dan omongan Hana membuat Alya terpaku
“selamanya?” tanya Alya sembari agak bengong
“yaiyalah.. aku kan mendoakan kamu terus supaya kamu cepat sembuh Ya” jawaban Hana yang tulus, membuat Alya bersemangat dan berarti dalam hidup ini.
“Na, kayaknya aku nggak akan lama hidup deh, aku takut Na” kata Alya, kelopaknya penuh dengan air mata yang belum menetes ke pipinya yang lucu. Hana kaget mendengar Alya berbicara seperti itu, sebenarnya ada apa dengan Alya? Kenapa dia? Hati Hana berbicara.
“Alya, jangan kamu seperti itu, kamu hidup di dunia untuk bersyukur, bukan mengeluh Ya, umurmu masih panjang, anggaplah itu. Kamu jangan putus asa gitu aja.., karena umur nggak ada yang tahu, kecuali yang diatas. Kamu hanya perlu persiapan untuk semua itu. Kamu percaya nggak? Orang yang bersyukur akan slalu bahagia dan rizkynya takkan terputus sampai ajal menjemputnya” kata Hana dengan lembut sembari senyum. Kata-kata Hana memang seputih salju, selembut kain sutra. Kata-kata Hana yang berisi nasihat dan bermakna sama dengan kata-katanya kak Stev, kakaknya Alya. Kak Stev yang udah ngekost di dekat SMAnya masih sering mengirim kabar dan menghibur Alya melalui handphone.
“terimakasih Hana” jawab Alya sambil membalas senyuman termanisnya Hana.
Bel tanda masuk berbunyi,
“Kriiing... Kriingg... Kriing...” pelajaran pertama kali ini adalah PAI, atau Pendidikan Agama Islam. Guru mata pelajaran untuk agama islam ini lumaya kill-er. Namanaya pak Solihin. Sebenarnya pak Solihin ini sudah haji, namun anak-anak jarang memanggil namanya menggunakan kata HAJInya itu. PAI kali ini belajar fikih, mengenai sodaqoh. Ternyata sodaqoh bukan hanya uang tetapi bisa juga dengan senyum dan ilmu yang bermanfaat. Namun bila punya uang lebh, jangan segan-segan berilah uangnya pada orang yang membutuhkan.
“Kriiing..” bel berbunyi satu kali, tandanya mengganti pelajaran. Pelajaran selanjutnya adalah IPS mengenai sejarah, aduh pusing deh belajar IPS batin Hana dalam hati. Namun sahabat baiknya,Alya sangat menyukai pelajaran IPS ini, selain pelajarannya seru gurunya pun seru, guru cowok ini nggak galak loh, namun tegas dan penuh pemikiran luas. Namanya pak Habibi, ya namanya seperti nama mantan presiden yang pernah memimpin negara Indonesia tercinta. Nggak kerasa pelajaran IPS kali ini lebih cepat dari biasanya.
“kriiiing... kriiing” bel dua kali berbunyi, tandanya ISTIRAHAT !!!
Anak-anak berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin sekolah. Tapi ada yang hanya bermain bola saja di lapangan. Alya duduk di kursi rodanya dengan kalem, Hana mendorongnya dari belakang. Mereka menuju kantin untuk membeli makanan kecil untuk dimakan dan mengganjal perut mereka yang lapar, karena biasanya mereka makan di jam istirahat kedua, jam 13.00 sebelum mata pelajaran pilihan. Setelah mereka membeli makanan yang mereka inginkan, mereka kembali ke kelas sama-sama. Hana mendorong dan Alya duduk sembari melihat-lihat.
Alya dan Hana makan di depan kelasnya, Alya duduk di kursi rodanya dan Hana duduk di kursi depan kelas, mereka begitu lahap makan makanan ringan, yang jumlahnya sedikit namun cukup untuk mengisi perut mereka yang kosong.
“kriiiing.. kring...” tanda bel masuk berbunyi. Namun kali ini kelas 8.3 tidak belajar alias bebas, untuk anak-anak yang malas pada bilang “yess!!” tapi untuk anak-anak yang rajin, mereka tetap belajar meski tak ada guru. Alya dan Hana termasuk anak yang rajin, walaupun tak ada guru mereka belajar bersama.
“Sekolah hari ini dipulangkan lebih awal!!” teriak salah seorang siswa dari kelas 8.5. Kenapa ya? Dipulangkan lebih awal? Ada apa? Ternyata guru-guru kembali rapat untuk nilai-nilai anak kelas 9, hmm? Sebentar lagi Alya dan Hana kelas 9, apa akan serepot itu?
bersambung ..
No comments:
Post a Comment