Sunday, October 3, 2010

Sahabat Sejati

Part 7

Setelah Alya pamit pada Hana, Alya langsung on the way ke singapore. Dalam perjalanan, Alya terus berdo'a agar Tuhan masih memberikan kesempatan hidup dan berbahagia di dunia bersama sahabatnya tercinta, Hana. Hanapun, selalu mengirim do'a untuk mengiringi perjalanan dan perjuangan Hana menjalankan hidupnya, yang mungkin sekarang berada di antara hiidup dan mati. Alya sudah pasrah, bila dia sudah tidak diberi kesempatan hidup oleh Tuhan, dia berharap agar Hana bisa menerimanya dengan ikhlas dan tetap mengiringi dengan do'anya. Dalam perjalanan menuju Singapore, Alya menulis sesuatu di buku kecil, diarynya. Buku diary Alya adalah sahbat keduanya setelah Hana. Buku diary itu penuh kenangan, pait ataupun senang. Alya mengadu semua hal di dunia ini kepada buku diary. buku diary yang menemaninya saat senang ataupun sedih, sama seperti Hana, sahabatnya yang slalu ada.

Alya berharap, di dalam harap Alya berdo'a, bila dia tidak bisa menemani sahabat, orangtuanya dengan raga yang ada, dia mampu menemani dengan hati dan cinta yang tulus yang mungkin tak terlihat.

bersambung..

Sunday, April 25, 2010

Sahabat Sejati

Part 6

Pagi duniaa! Pagi yang indah bukan? Burung-burung berkicauan menyambut pagi. Anak-anak asyik bermain di luar. Kegiatan seperti ini biasa kita temui di hari sabtu ataupun minggu. Namun hari ini bukan hari sabtu atau minggu, tapi hari kamis. Anak-anak bermain karena memang sekolah mereka sudah libur, sama seperti sekolah Alya dan Hana. Namun pagi yang indah ini, tak seindah hati Alya, dia mendapat kabar, bahwa dirinya akan dibawa ke singapore untuk pengonbatan lebih lanjut. Ia sedih, ia tak ingin berpisah dengan sahabatnya, sangat tidak ingin. Dia sudah merasa cocok dan takkan bisa mengganti Hana dengan siapapun di dunia ini. Hanya Hana lah yang mengerti kondisinya, walaupun Hana tak pernah diberi tau olehnya mengenai penyakitnya yang mungkin bisa menuju gerbang ajalnya. Alya sangat menyayangi Hana, sangat menyayanginnya. Hana pun sama seperti Alya, ia juga menyayangi Alya, sahabat baiknya sejak kelas 1 SMP itu. Alya merengek pada mamanya agar dia diobati di sini saja tanpa harus meninggalkan Hana, tanpa harus berpisah dengan Hana. Namun, mamanya berkata,


“sayang, liburan masih lama nak, berkisar 3 minggu kedepan. Kamu pasti sembuh nak, percaya pada Tuhan, percaya pada dokter dan berdoa slalu dalam hatimu sayangku.”

“tapi mah, aku nggak mau ninggalin Hana, aku nggak mau pisah sama Hana, sangat nggak mau mah” mohon Alya lirih

“tenang sayang, insyaAllah, kalau kamu nanti sembuh kamu akan kembali lagi ke Indonesia kurang dari 2 minggu” bujuk mama dengan lembut. Alya tak dapat berkelak lagi, ia pasrah, ia terpaksa meninggalkan Hana untuk 2 minggu ke depan kalau ia sembuh. Namun kalau Tuhan berkhendak lain, ia akan meninggalkan Hana, selamanya.. selamanya..

Sebelum Alya berangkan ke singapore, ia meminta supirnya untuk mengantarkannya ke rumah Hana dan menceritakan segala sesuatu yang ia derita.

“Assalamu’alaikum, Na” sapa Alya

“wa’alaikum sallam, ayuk masuk Ya, mau duduk di dalam atau di luar saja?” jawab Hana ramah.

“di luar saja” kata Alya

“Na, aku mau berbicara sesuatu padamu” kata Alya lagi lirih

“bicarakan saja, ada apa?” jawab Hana sembari tersenyum

“aku ingin ke singapore Na, aku ingin mengobati penyakitku yang sudah sangat parah, sangat” Alya mulai bercerita

“kamu sakit apa si Na? Ingin ku bertanya ini padamu sejak dulu, namun aku menunggu waktu yang tepat, mungkin sekarang.” tanya Hana

“aku sakit.. aku sa-k-k-i-t..” Alya bercerita sambil terbata-bata menahan air mata karena kembali mengingat masa lalu yang sangat suram.

“sakit apa?” tanya Hana semakin penasaran

“dulu, aku sehat Na, nggak seperti sekarang. Waktu kelas 5 SD, habis aku pulang dari toko buku, aku ditabrak dua mobil secara bersamaan dari arah kiri dan kanan, aku bersyukur, aku nggak meninggal di tempat, karena, pas mobil itu menghimpit aku, dan aku berada di antara kedua mobil itu, aku terlempar agak jauh, hingga aku terjatuh dipecahan kaca mobil, selain terjatuh di pecahan kaca itu, kakiku tertimbun pecahan kaca kedua mobil itu, luka sangat parah, sangat. Aku pingsan di tempat. Darahku keluar, kalau saja aku tak cepat ditangani, mungkin aku sudah mati, sudah tak disini. Namun, Tuhan berkhendak lain, aku selamat, namun penyakit yang aku derita ini tak kunjung membaik, malah semakin memburuk, dan sangat buruk. Serpihan kaca waktu itu yang menjatuhi tubuhku, masuk kedalam kakiku, dan tersangkut disana, makanya, kadang-kadang kakiku kambuh dan kalau lagi kambuh, linu banget, dan aku harus menggunakan kursi roda karena tak dapat berjalan. Aku mengira penderitaanku cukup sampai disitu. Nyatanya nggak. Kelas 6, aku sering sakit perut tiba-tiba, aku nggak tau kenapa. Mama langsung membawaku ke dokter. Ternyata kata dokter, aku menderita kanker rahim dan sudah stadium 3. aku kaget, tersentak. Aku belum siap untuk menjalankan oprasi saat itu juga. Akhirnya dokter hanya memberiku obat. Obat itu lah yang membantuku sampai sekarang.” Cerita Alya lirih sambil menitikan air mata

“sakit Ya, sakit. Aku merasakan itu. Tapi kenapa kamu tidak jujur saja padaku kenapa Ya?” tanya Hana sambil merasakan kesakitan yang amat sakit yang sekarang di derita oleh Alya, sahabat baiknya.

“aku takut Na, sangat takut. Aku takut ngerepotin kamu dan bahkan aku takut kehilangan kamu yang akan menjauh andai kamu tau. Aku takut itu tejadi” jawab Alya pelan

“aku nggak akan ninggalin kamu saat kamu sedang seperti ini Ya, kamu sahabat baikku. Kamu yang membuatku mengerti tentang persahabatan ini, kamu yang membuatku lebih tegar. Cuman kamu Ya, kamu tenang aja, aku nggak akan ninggalin kamu dalam sepi, dalam perih. Aku nggak akan ngelakuin itu.” Hibur Hana pada Alya

“terimakasih banyak Na, terimakasih” kata Alya.

“doaku mengiringi jalanmu Ya” kata Hana

“terimakasih banyak sahabat baikku” ucap Alya. Setelah Alya jujur dan bercerita pada Hana. Ia pamit pulang dan meminta agar Hana menutup rahasia ini baik-baik.


bersambung ..
Part 5


Seminggu setelah ulangan kenaikan kelas berlangsung, akhirnya waktu penentuan atau hari pembagian rapot itupun tiba. Alya dan Hana sangat deg-degan, jantungnya berdebar sangat cepat, sampai akhirnya mereka merasa mati rasa, begitu juara-juara kelas di umumin di depan umum dan dipanggil mulai dari juara 3,

Juara 3 dari kelas 7 secara keseluruhan adalah,

BUNGA PUTRI ANINDITYA dari kelas 7.5

Juara 2 dari kelas 7 secara keseluruhan adalah,

PUTRI SAINA FAIRUS dari kelas 7.1

Dan juara 1 dari kelas 7 secara keseluruhan adalah,

FAIZA QHANSA KULMUASIN dari kelas 7.3

Sekarang kelas 8,

Juara 3 dari kelas 8 secara keseluruhan adalah,

FANYA SAIRAH HAKIM dari kelas 8.7

Juara 2 dari kelas 8 secara keseluruhan adalah,

ADITYA ELANG dari kelas 8.2

Dan juara 1 dari kelas 8 secara keseluruhan adalah,

SAHARA ALYA MUARA PUTRI dari kelas 8.3

Sekarang kelas 9,


Juara 3 dari kelas 9 secara keseluruhan adalah,

PRADITYA EKA JAYADININGRAT

Juara 2 dari kelas 9 secara keseluruhan adalah,

FAHARA AYU SYAHRINI

Juara 3 dari kelas 9 secara keseluruhan adalah,

JUDI PRAKOSO UTOMO

Untuk kelas 9, dinyatakan, LULUS 100%


Nama Alya disebut, tak sadar Alya menitikan air mata, air mata kebahagian karena ia berhasil membawa nama baik kelas, dan orang tuanya. Hana ikut senang, sangat senang walaupun ia tak masuk 3 besar di urutan sekolah namun ia menjadi urutan kedua di kelasnya. Sangat bahagia mereka, begitu bahagia.

Setelah hari pembagian rapot itu, sekolah libur selama 3 minggu, dan masuk seperti biasa hari senin akhir bulan juli nanti. Begitu masuk kondisi kelas telah berubah. Alya dan Hana telah memasuki masa kritis, yaitu kelas 9. benar-benar akan ketat nantinya jika mereka telah memasuki nuansa kelas 9, nanti..

bersambung ..

Sahabat Sejati

Part 4


Sore ini, Alya dan Hana mengerjakan tugas pak Rusyadi, yang mengajarkan mata pelajaran PKn, mereka mengerjakan di rumah Alya. Alya dan Hana membagi-bagi tugas. Tugas yang diberikan oleh pak Rusyadi adalah mencari artikel mengenai Demokrasi di Indonesia dan di tempel pada sebuah karton besar lalu dihias sesuai kreasi masing-masing. Kalau dibilang sih, sama saja dengan tugas membuat mading. Alya yang mencari artikelnya di internet dan Hana yang mengekspresikan sebuah karton besar yang polos menjadi berwarna-warni.

“ketemu!” kata Alya dengan wajah senang. Karena dia mencari dari tadi nggak ketemu-ketemu, tapi akhirnya ketemu juga.

“kamu print ya Ya” jawab Hana sambil konsentrasi dengan gambar kartun yang berkaitan dengan demokrasi yang akan ditempelkan pada karton besar yang polos.

“oke” kata Alya lagi.

Tugas yang dicari sudah ketemu, sudah di print dengan warna tak hanya hitam.

“Tempelin ya Ya, bantu aku” kata Hana

“siip Na, tenang aja” jawab Alya sembari senyum

Tanpa basa-basi lagi, Alya membantu Hasna menempelkan hasil print outnya.

“selesai!” kata Alya dan Hana serempak

“tinggal dikumpulin besok ke pak Rusyadi” kata Hana

“iya, semoga nilai kita memuaskan ya” harap Alya, apakah nilai yang dimaksud masuk kedalam buku nilai untuk rapot? Yups, ternyata betul, untuk rapot. Jadi harapan Alya dan Hana mendapat nilai yang memuaskan. Tak berapa lama mereka mengobrol sebentar, Hana pamit pulang. Hari semakin sore, matahari mulai di ufuk barat dan langit berubah menjadi warna orange bercampur dengan biru. Gradasi yang indah memang, namun dapat merusak mata.

Keesokan harinya,

Di sekolah..

Hana datang lebih dulu daripada Alya, ia menunggu dengan sabar kedatangan sobat baiknya itu. Alya datang ke sekolah masih menggunakan kursi rodanya, dan tentunya di atas pangkuannya ada tugas yang kemarin ia buat bersama Hana. Hana menjemput Alya di dekat perbatasan antara kamar mandi dan ruang guru. Seperti hari kemarin, Hana yang mendorong dan Alya yang mendudukinya dengan kalem. Alya sungguh beruntung mempunyai sahabat baik seperti Hana, karena dia dapat memberikan sayangnya untuk Alya, yang tulus, amat tulus.

Semester dua kelas 8 akan segera berakhir, ujian kenaikan kelas sudah di depan mata. Waktu tepat pelaksanaanya senin depan, senin setelah hari sabtu dan minggu ini libur. Tepatnya hanya tinggal 3 hari lagi. Alya dan Hana slalu menyempatkan diri untuk belajar bersama. Dia ingin lulus dari kelas 8. alias naik kelas bersama-sama dengan hasil sendiri dan tentunya memuaskan. Guru-guru di SMP mereka tambah sibuk dari biasanya, bahkan super duper sibuk. Selain mengurus kelas 9, guru-guru juga harus mengurus dan ngebut mengajarkan anak didiknya masing-masing.

“Kriing.. Kring.. Kring...” bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama di kelas 8.3 adalah Bahasa Inggris, guru yang menurut Alya dan Hana sangat menyenangkan ini bernama bu Aufa. Bu Aufa sangat sabar mengajar semua anak didiknya, dia baik dan jelas dalam menerengkan pelajaran, nggak salah kalau Alya dan Hana serta teman-teman yang lain menganggap guru yang paling enjoy dan baik adalah bu Aufa. Materi pelajaran Bahasa Inggris kali ini adalah present perfect, tenses-tenses yang menggunakan ‘have/has’ dan disusul dengan verb 3 yang sudah dilakukan sejak dulu namun masih berlanjut hingga sekarang, contohnya: I have studied English since 2 years. Kira-kira seperti itu pelajarannya. Pelajaran bahasa inggris di kelas 8, sudah semakin sulit dan bertambah banyak hapalan. Diakhir pelajaran Bahasa Inggris kali ini, games. Games yang seru ini, berlangsung selama 15 menit.

“kriing..” bel sekali, waktunya berganti mata pelajaran. Pelajaran kedua kali ini adalah seni budaya. Ya ampun, pelajaran yang paling di sebel oleh semua anak di sekolah ini, karena gurunya judes. Ya, judesnya sang guru menjadi anak-anak di SMP ini tak menyukai pelajaran seni budaya. Gurunya bernama bu Fahanya. Bu Fahanya sering banget memberi tugas yang tak disukai muridnya, menyanyi ataupun membuat notasi balok. Bagi Hana, ini adalah pelajaran yang paliiiiiiing membosankan di seluruh dunia. Tak tau kenapa, setiap pelajaran seni budaya berlangsung, selalu berkisar paling lama dari pelajaran-pelajaran yang lain. Badmood selalu bawaanya.

“kriiiiiiiiing.. kriiing..” bel dua kali, artinya ISTIRAHAT! Yeah, perut keroncongan yang semaraut di perut Alya dan Hana, membuat mereka cepat bergegas dan go out dari kelas menuju kantin. Sampai di kantin mereka makan di jam istirahat pertama ini dengan lahap, sangat lahap! Kenyang akhirnya, batin keduanya dalam hati. Setelah makan, mereka kembali ke kelas dengan tenang dan perut yang tak lagi keroncongan.

“Kriing.. Kriing.. Kriing” bel masuk berbunyi, yang tandanya istirahat jam pertama telah selesai. Kali ini pelajaran bu Imelda, guru yang mengajar mata pelajaran pLH itu masuk kelas dan mengajar dengan cekatan. Ya, maksudnya beliau tak banyak membuang waktu dan langsung cepat mengajar anak-anaknya setelah mengucapkan salam. Pelajaran kali ini tentang penghijauan, belakangan hari ini, bumi kita menderita global warming, panas yang tak bisa ditahan, rasanya ingin mandi melulu. Global warming ini terjadi karena banyak sekali polusi udara dan sampah-sampah plastik yang berserakan langsung ditanah, begitu penjelasan bu Imelda. Kali ini, anak didiknya langsung terjun ke dunia sulitnya menjadi petani, yups, anak didiknya diberi tugas praktek gimana caranya menanam penghijauan kembali yang dilakukan para petani yang bukan hanya sebagai petani padi. Pelajaran yang sangat seru kenapa terasa begitu singkat, sedangkan yang bikin badmood terasa lama bangeeeeet deh, sumpah, batin Alya dalam hati.

“kriiiiing...” waktunya ganti pelajaran, kali ini pelajaran guru yang seru abis, namun Hana tak menyukai pelajaran ini, ia hanya menyukai sang guru yang ayik mengajarnya. Sebelum berlanjut ke materi sebelumnya, pa Rusyadi menagih tugas yang kemarin diberikannya. Pa Rusyadi kali ini mengajar materi Pajak, huaaaaaaaahh. Batin Alya dalam hati, pajak? Ngitung? Huh bosen. Batinnya lagi. Ya, memang ternyata betul kata hati Alya, pelajaran kali ini tentang pajak sangat membuat seisi kelas badmood banget. Dua jam pelajaran pak Rusyadi akhirnya kelar juga. Sekarang waktunya menggu detik-detik bel pulang berbunyi, ya karena kali ini semua anak dipulangkan pada jam istirahat kedua dan tak berlangsung lagi proses ngajar mengajar. “Kriiiiiiing..... Kriiiiing...... Kriiiiiiing... Kriiiiiiiiing” waktunya PULAANG !! yeah, Alya dan Hana pulang bersama-sama. Alya duduk di kursi rodanya dan Hana yang mendorongnya. Hana mengantar Alya hingga ke mobilnya, kemudian ia berlari pulang.

Hari sudah semakin malam, sangat malam. Hana memandang ke arah jendela, karena ia tak bisa tidur, dia berusaha memfokuskan dirinya pada jadwal mata pelajaran besok yang akan di ujiankan. Yups, besok adalah ujian kenaikan kelas, penentuan, naik atau tidaknya murid-murid di SMP ini. Hana tegang, ia merasa takut tidak mampu, ia merasa itu. Tapi akhirnya ia yakin, Tuhan akan memberkati bila ia slalu belajar dan berdoa terhadap-Nya. Kali ini, Hana telah kabur dari renungannya. Ia dapat tertidur pulas, sangat pulas, hingga akhirnya besok tepat ia masuk ke kelas kurang lima menit bel berbunyi.

Keesokan harinya.

Biasanya Hana yang slalu datang lebih dulu daripada Alya, kini Alya datang lebih dulu dan tak sabar menunggu kedatangan Hana. Hana datang agak telat dari biasanya, ia agak susah bangun pagi karena ia tidur pada saat larut malam, sangat malam. Setelah lima belas menit kurang Alya menunggu Hana, akhirnya Hana datang juga. Karena hari ini ujian kenaikan kelas, kursi-kursi yang biasa diduduki masing-masing anak berdua dengan pasangan yang itu-itu aja dan sekelas, kini diubah. Alya tak lagi duduk dengan Hana pada saat Ujian Kenaikan kelas berlangsung. Kali ini Alya duduk sebangku dengan Adit, anak cowo yang lumayan keren, yang kabarnya menaksir Alya sudah lama. Namun Alya tak menaruh hati sedikitpun dan hanya mendengar itu dari teman-teman sekelasnya. Dan Hana duduk sebangku dengan Fadil, anak kelas 8.4. Alya dan Hana berbeda ruangan, mereka terpisah oleh satu kelas. Hana di kelasnya dan Alya kebagian duduk di kelas 8.1.

Ujian kenaikan kelas kali ini, yang pertama adalah PKn dan PAI, anak-anak mengerjakan dengan fokus dan yakin. Ternyata pikiran Hana yang semalam sangat jauh berbeda, ia ternyata bisa mengerjakan soal dan menjawabnya dengan lancar dan penuh keyakinan, begitu pun Alya. Karena lagi UKK, semua pulang lebih awal dari biasanya. Tak ada jam istirahat, setelah selesai mengerjakan soal masing-masing berjumlah 40 soal dan hanya berupa pilihan ganda, mereka boleh pulang.

Sampai akhirnya pelajaran dan hari terakhir ujian kenaikan kelas, Alya dan Hana jarang bertemu. Dan mereka merasa kangen senda gurau sahabat baiknya itu di dalam kelas dan sebangku pula. Mata

pelajaran terakhir yang di ujiankan adalah bahasa inggris dan matematika, Alya dan Hana lancar mengerjakan semua mata pelajaran yang di ujiankan, mereka hanya berharap bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, sangat memuaskan.


bersambung

Saturday, April 24, 2010

Sahabat Selamanya

Part 3



Sebelum berangkat sekolah, Hana menyempatkan untuk menjenguk Alya dulu. Alya ternyata sudah pulih, namun alangkah kagetnya Hana, walaupun Alya pulih, ia memakai kursi roda. Namun Hana takkan menjauh cuman gara-gara itu, karena Hana menyayangi Alya seperti dia menyayangi dirinya sendiri. Hana mendorong Alya yang duduk di kursi roda, Hana masih tak tau, apa sih yang disembunyikan dari Alya dan keluarganya dari orang lain? Apa penyakit yang Alya derita? Hati Hana berbicara dan bercakap-cakap sendiri.

Sesampai di sekolah, teman-teman, adik kelas bahkan kakak kelas bertanya kepada Hana teman baiknya atau mungkin sahabat terbaiknya Alya.

“Alya kenapa Na?” tanya kak Rido kepada Hana

“sakit kak” jawab Hana singkat

“sakit apa? Sakitnya parah?” tanya kak Fasya

“aku juga nggak tau kak” jawab Hana sembari tersenyum. Memang benar puisi yang Alya tulis, kalau senyuman Hana tulus dari hati dan membuat semuanya menjadi lebih berarti.

“ohhaha. Kalau tau, kasih tau aku ya” kata ka Fasya lagi.

“aku juga” kata Dankur anak kelas 7 yang ikut ada di sana. Suasana seperti jumpa pers artis-artis. Hihi, mereka mendadak jadi artis.

“iya” jawab Hana lembut sembari tersenyum.

Akhirnya Alya dan Hana sampai juga di kelas mereka. Kelas sepi, anak-anak masih pada sibuk dengan tugas masing-masing, Alya memulai pembicaraan,

“Na, kamu kan slalu ada di sampingku kan?”

“pasti dong Al, aku kan gak mau kehilangan kamu selamanya..” jawab Hana sambil tersenyum kepada Alya dan omongan Hana membuat Alya terpaku

“selamanya?” tanya Alya sembari agak bengong

“yaiyalah.. aku kan mendoakan kamu terus supaya kamu cepat sembuh Ya” jawaban Hana yang tulus, membuat Alya bersemangat dan berarti dalam hidup ini.

“Na, kayaknya aku nggak akan lama hidup deh, aku takut Na” kata Alya, kelopaknya penuh dengan air mata yang belum menetes ke pipinya yang lucu. Hana kaget mendengar Alya berbicara seperti itu, sebenarnya ada apa dengan Alya? Kenapa dia? Hati Hana berbicara.

“Alya, jangan kamu seperti itu, kamu hidup di dunia untuk bersyukur, bukan mengeluh Ya, umurmu masih panjang, anggaplah itu. Kamu jangan putus asa gitu aja.., karena umur nggak ada yang tahu, kecuali yang diatas. Kamu hanya perlu persiapan untuk semua itu. Kamu percaya nggak? Orang yang bersyukur akan slalu bahagia dan rizkynya takkan terputus sampai ajal menjemputnya” kata Hana dengan lembut sembari senyum. Kata-kata Hana memang seputih salju, selembut kain sutra. Kata-kata Hana yang berisi nasihat dan bermakna sama dengan kata-katanya kak Stev, kakaknya Alya. Kak Stev yang udah ngekost di dekat SMAnya masih sering mengirim kabar dan menghibur Alya melalui handphone.

“terimakasih Hana” jawab Alya sambil membalas senyuman termanisnya Hana.

Bel tanda masuk berbunyi,

“Kriiing... Kriingg... Kriing...” pelajaran pertama kali ini adalah PAI, atau Pendidikan Agama Islam. Guru mata pelajaran untuk agama islam ini lumaya kill-er. Namanaya pak Solihin. Sebenarnya pak Solihin ini sudah haji, namun anak-anak jarang memanggil namanya menggunakan kata HAJInya itu. PAI kali ini belajar fikih, mengenai sodaqoh. Ternyata sodaqoh bukan hanya uang tetapi bisa juga dengan senyum dan ilmu yang bermanfaat. Namun bila punya uang lebh, jangan segan-segan berilah uangnya pada orang yang membutuhkan.

“Kriiing..” bel berbunyi satu kali, tandanya mengganti pelajaran. Pelajaran selanjutnya adalah IPS mengenai sejarah, aduh pusing deh belajar IPS batin Hana dalam hati. Namun sahabat baiknya,Alya sangat menyukai pelajaran IPS ini, selain pelajarannya seru gurunya pun seru, guru cowok ini nggak galak loh, namun tegas dan penuh pemikiran luas. Namanya pak Habibi, ya namanya seperti nama mantan presiden yang pernah memimpin negara Indonesia tercinta. Nggak kerasa pelajaran IPS kali ini lebih cepat dari biasanya.

“kriiiing... kriiing” bel dua kali berbunyi, tandanya ISTIRAHAT !!!

Anak-anak berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin sekolah. Tapi ada yang hanya bermain bola saja di lapangan. Alya duduk di kursi rodanya dengan kalem, Hana mendorongnya dari belakang. Mereka menuju kantin untuk membeli makanan kecil untuk dimakan dan mengganjal perut mereka yang lapar, karena biasanya mereka makan di jam istirahat kedua, jam 13.00 sebelum mata pelajaran pilihan. Setelah mereka membeli makanan yang mereka inginkan, mereka kembali ke kelas sama-sama. Hana mendorong dan Alya duduk sembari melihat-lihat.

Alya dan Hana makan di depan kelasnya, Alya duduk di kursi rodanya dan Hana duduk di kursi depan kelas, mereka begitu lahap makan makanan ringan, yang jumlahnya sedikit namun cukup untuk mengisi perut mereka yang kosong.

“kriiiing.. kring...” tanda bel masuk berbunyi. Namun kali ini kelas 8.3 tidak belajar alias bebas, untuk anak-anak yang malas pada bilang “yess!!” tapi untuk anak-anak yang rajin, mereka tetap belajar meski tak ada guru. Alya dan Hana termasuk anak yang rajin, walaupun tak ada guru mereka belajar bersama.

“Sekolah hari ini dipulangkan lebih awal!!” teriak salah seorang siswa dari kelas 8.5. Kenapa ya? Dipulangkan lebih awal? Ada apa? Ternyata guru-guru kembali rapat untuk nilai-nilai anak kelas 9, hmm? Sebentar lagi Alya dan Hana kelas 9, apa akan serepot itu?

 
bersambung ..

Sahabat Sejati

Part 2


Pagi yang indah. Hari ini masuk seperti biasa, rapatnya sudah diselesaikan dari kemarin, namun kali ini kelas 9 pulang lebih awal untuk mengadakan test masuk SMA. Kelas 7 dan 8 belajar seperti biasa. Alya masuk dengan senyuman untuk menutupi kesedihannya kemarin, ia ke sekolah diantar oleh papanya yang ingin sekalian berangkat ke kantor. Pelajaran pertama di kelas 8.3, adalah Bahasa Indonesia. Yups, kelas 8.3 adalah kelasnya Alya. Dia mempunyai teman baik di kelasnya, namanya Hana, nama panjangnya Hana Aikina, dia sahabat yang baik untuk Alya, ia selalu setia menemani Alya, ia mengerti kondisi Alya dan ia slalu menasehati Alya jika Alya kembali menitikan air matanya.


“hai Alya!” sapa Hana

“hai Na!” Alya menyapa balik Hana dengan senyuman. Mereka saling menyapa sebelum bu Ferlika datang, guru yang mengajar Bahasa Indonesia dari kelas 7 sampai kelas 8. Saat mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba bu Ferlika datang, semua murid yang saling bercakap-cakap, menghentikan percakapannya dan duduk di tempatnya masing-masing. Setelah bu Ferlika melihat anak didiknya sudah rapih, beliau memulai pelajaran dengan salam dan do’a,

“Selamat pagi semua! Beno, siapkan teman-temanmu dan berdoa ya..” sapa bu Ferlika sembari memerintah Beno, ketua kelas, kelas 8.3 untuk menyiapkan dan berdo’a sebelum pelajaran dimulai.

“Siap, berdo’a sesuai kepercayaannya masing-masing, berdo’a mulai.” Kata Beno, semua menundukan kepala dan berdo’a sesuai kepercayaannya masing-masing, ada yang beragama islam, hindu, budha, prostesan dan khatolik. Tapi paling banyak adalah agama islam, 90% dari 100% di sekolah SMP unggulan ini beragama islam dan 10%nya gabungan dari prostesan, hindu,budha dan khatolik. Tanpa basa-basi lagi guru Bahasa Indonesia ini alias bu Ferlika memulai pelajarannya. Anak didiknya diam dan memperhatikan, tapi ada satu dua orang yang asyik main kuku, ya mereka mengeluarkan sifat kekanak-kanakan mereka yang sudah terlewat jauh oleh waktu.

Di tengah pelajaran berlangsung, tiba-tiba penyakit Alya kambuh, dia merasa sangat lemas dan mukanya pucat, sangat pucat, bahkan hampir pingsan. Ya, vera yang duduk di sebelah Alya dan melihat kondisi Alya, buru-buru ia menolong dan memberitahu kepada bu Ferlika. Bu Ferlika menyuruh Hana untuk membawa Alya ke UKS, karena dia yang dekat dengan Alya. Hana emang tak mengetahui penyakit apa yang diderita Alya, Hana emang penasaran, namun waktunya belum tepat untuk menyelidikinya. Walaupun tak mengerti penyakit apa yang ada di dalam diri Alya, dia dapat memahami kondisi Alya dan menyayangi serta setia pada Alya.

Ternyata penyakit Alya berlanjut di rumahnya, karena ia terlihat sangat pucat, akhirnya guru piket memutuskan untuk memulangkan Alya. Di rumah Alya kejang-kejang dan demamnya sangat tinggi, mama Alya sedih, sangat sedih melihatnya. Dia menyesal akan kejadia yang telah lampau, sangat menyesal. Dalam sedihnya mama Alya memanggil dokter yang sudah biasa menangani Alya, ya Dr. Kusnardi datang tepat waktu dan cepat memeriksa Alya, dokter bilang bahwa penyakitnya semakin parah, namun dia dapat bertahan. Dia belum bisa dirawat dan disembuhkan sekarang karena masih banyak yang harus diteliti lebih lanjut. Kasian anakku, batin mama Alya dalam hatinya. Melihat kondisi Alya yang semakin lemah, mama Alya semakin menyesal akan kejadia yang telah lampau, bukan hanya menyesal, menyesal sekali.

Sorenya sepulang sekolah, Hana menjenguk Alya di rumahnya. Hana membawa bingkisan dari mamanya untuk Alya dan keluarganya, bingkisannya berisi buah-buahan, roti, dan aneka minuman,

“assalamu’alaikum” kata Hana

“wa’alaikumsalam, ehh Hana, ayo masuk Na” jawab mama Alya dengan ramah.

“gimana keadaan Alya tante?” tanya Hana

“Alya sudah agak membaik kok. Masuk aja ke kamarnya” kata mama Alya. Hana masuk sembari mengasih bingkisan yang ia bawa kepada mama Alya.

“Alya, udah sembuh?” tanya Hana kepada Alya,

“insyaAllah, doakan ya” jawab Alya sembari lemas karena kondisinya yang belum benar-benar prima.

“iya, aku pasti doakan yang terbaik buat sahabat terbaik aku” jawab Hana tulus

“makasih ya Na, udah bisa ngertiin aku dan mau jadi sahabat terbaikku” kata Alya sambil memegang tangan Hana

“oke Alya, sama-sama manis” kata Hana sambil memberikan senyuman manisnya kearah Alya.

Hana nggak mau ngeganggu waktu istirahat sahabatnya, Alya, setelah bercakap-cakap sebentar, ia pamit pulang pada Alya dan mamanya. Mamanya Alya menitip salam kepada mamanya Hana, dan terimakasih banyak atas kirimannya.

Sepulangnya Hana dari rumahnya, ia langsung mengambil catatan dan foto waktu ia kelas 6 SD sebelum mengalami penyakitnya, ia kembali menangis dan sedih, dia kangen masa-masa itu, kangen sekali. Namun rasa sedihnya dihilangkan dengan benak-benak tentang Hana sahabat baiknya yang mau menerimanya apa adanya.

Alya mengambil selembar kertas dan pulpen, tangannya bergerak lembut sperti sedang menulis, yups memang menulis. Alya menulis sepucuk puisi untuk sahabatnya Hana, dia akan memberikan kepada Hana pada saat dia akan mengalami masa kritisnya, tentu bukan di rumahnya sendiri.

Puisi untukmu,


Hana






Sahabatku Selamanya






Ku tak percaya,


Kau hadir menjadi bagian dalam hidupku,


Kau menjadi darahku,


Kau membantu ku bernafas,


Di hidup ini..


Kau lembut,


Kau tulus,


Kau dapat menerimaku,


Apa adanya diriku..


Senyumanmu berarti untukku,


Kata-katamu nasihat untukku,


Kebahagianmu adalah kebahagiaanku,






Terimakasih sahabat baikku,


Kau selamanya terkenang,


Dalam hidupku..


Bila nanti nafas terakhirku berhembus,


Kau kan menjadi pengganti diriku,


Kelak..






Kau,


Sahabatku selamanya..



Alya mengamplopkan puisinya yang sudah ia bikin hanya untuk sahabat tercintanya Hana. Hana menulis di depan amplop dengan judul, special for you.


bersambung ..

Sahabat Sejati

Part 1


Kamar yang serba berwarna biru dan putih, terlihat rapih dan bersih. Terlihat bahwa penghuni kamar selalu membersihkan kamarnya setiap saat dan mungkin cinta keindahan. Betul nggak ya? Yups, ternyata betul, cewek cantik ini senang sekali dengan bersih, rapih dan tentu saja indah. Dia bernama Alya. Alya adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, kakaknya seorang cowok yang menurutnya sangat mengesalkan, namun menurut dia, walaupun nyebelinnya minta ampun, dia tetap kakak semata wayang yang paling ia sayang. Kakaknya bernama Stevano yang biasa dipanggil Stev.


Kakaknya sudah kelas 2 SMA dan Alya kelas 2 smp, jarak Alya dengan kakaknya tak sampai 2 tahun lebih, Alya yang lebih muda 2 tahun dari Stev, memiliki penyakit yang mungkin tak bisa tertolong. Namun penyakit itu tak ada yang tau kecuali keluarganya. Ya, penyakit yang kadang-kadang kambuh dan sering membuat Alya stres, memang harus segera ditangani, kalau tidak? Bahaya akan mengenai Alya, kematian. Namun semua itu belum pasti, karena Alya yakin jika belum waktunya kembali kepada-Nya, ia akan menahan sakit yang ia derita hingga Tuhan berkhendak lain.

Alya sudah mempersiapkan diri, bila penyakit yang ia alamin akan membawanya kedunia lain, kedunia yang tak seindah dunia nyata yang menipu ini. Stev kakaknya slalu membuat Alya tegar dan tetap bersyukur dalam menjalani kehidupannya walaupun tak sebebas anak-anak lain yang seusianya, walaupun kadang0kadang nyebelinnya minta ampun. Sakit memang menahan penyakit yang tak bisa tertolong jika Tuhan berkhendak lain. Berkat ajaran sang kakak. Dia tetap sabar dan slalu bersyukur menjalani kehidupannya walau terkadang perih dan sangat perih menahan sakitnya yang datang tanpa diundang. Bagi Alya bersyukur adalah hal utama dalam hidup, walaupun tak seberuntung oranglain, karena bukan juga orang yang paling kurang beruntung maka dari itu, Alya slalu menjalankan kewajibannya, yaitu Sholat lima waktu.

Mama Alya yang kadang-kadang juga menitikan air matanya karena ketegaran sang anak bungsunya dan penerapan melalu sang kakak. Sungguh air mata bahagia yang dipunyai mama Alya saat ini.. Ibu mana yang nggak ingin anaknya seperti itu? Pasti semua ibu di dunia ini, ingin anaknya slalu ada di jalan yang lurus dan tak pernah berhenti bersyukur, hingga Tuhan berkhendak lain. Keluarga Alya hidup dengan landasan iman dan islam yang kuat. Karena kakek Alya yang sudah tiada slalu mengajarinya ilmu-ilmu yang kelak berguna dikemudian hari.

Sebenarnya Alya sering iri pada teman-temannya yang sedang asyik bermain, berlari, tertawa bersama, namun ia hanya dapat melihat dari arah kejauhan. Dulu ia bisa seperti itu namun sekarang ia hanya dapat melihatnya.. Itu sedih, sedih, bahkan sedih sekali.. Walaupun ia tak bisa beraktivitas seperti teman-teman yang lainnya, ia tetap pintar, bahkan paling pintar soal pelajaran selain olahraga di sekolah. Tentu saja, jika ia mengikuti pelajaran olahraga, sama saja ia menyakiti dirinya sendiri.

Pertama kali Alya mengalami penyakit ini namun tak terlalu parah, ia sempat ikut pelajaran olahraga di sekolah, namun tak berapa lama dia mengikutinya, penyakitnya kambuh dan ia pingsan. Sungguh, ternyata penyakitnya bertambah parah, perih, sakit dan sedih ia rasakan bersama-sama di dalam hatinya. Makanya dia tak pernah lagi mengikuti pelajaran olahraga di sekolahnya.

Hari ini sekolah Alya libur, ya karena guru-guru sedang mengadakan rapat untuk kelulusan murid-murid kelas 9 di SMPnya, pertengahan semester 2 gini, guru-guru di Sekolahnya sibuk memperhatikan kelulusan anak kelas 3 SMP alias 9 di SMPnya. Alya menatap wajah cantiknya di cermin. Dia melihat, dirinya yang sebegitu lemah dan tak berdaya, namun ketika ia tersenyum, seakan lupa dengan segala beban yang memikul hidupnya, dan wajahnya semakin menjadi cantik bahkan manis, emangnya gula? Hihi.. Tanpa disadari, kelopak mata Alya mulai dipenuhi air mata, air mata yang biasa keluar tanpa disadari Alya dan air mata yang keluar tanpa sebabnya jika ia memandang dirinya di cermin. Sungguh, ingin cepat mati rasanya , batin Alya dalam hati kecilnya. Semakin ia ingin melupakan masa lalunya yang terjadi, semakin sakit dan terasa penyakit yang ia derita itu. Sungguh kasian, melihat kondisi seorang cewek cantik yang harus memikul beban dalam kehidupan sehari-harinya.

Tok.. Tok.. Tok.. Suara pintu kamar yang diketok dari sebelah,

“siapa?” tanya Alya sambil menghapus air matanya yang telah menetes di pipinya.

“mama, Al” jawab di sebrang pintu.

“masuk aja ma, nggak aku kunci kok..” kata Alya. Mama masuk dan langsung duduk di kasur Alya, mama juga meminta Alya duduk di sampingnya. Alya mendekati mama, setelah ia benar-benar berada di samping mama, ia bertanya pada mama,

“ada apa ma?”

“makan dulu yuk nak, jangan banyak meratapi semuanya dengan kesedihan.. Inget kan kata kak Stev? Bersyukur dan hadapi semuanya dengan sabar.. Makan dulu yuk, nanti tambah sakit loh, mau?” tanya mama sambil membujuk Alya yang tak mau makan dari tadi pagi.

“iya mah, aku makan deh” jawab Alya pasrah. Akhirnya mama sama Alya turun kebawah untuk makan siang bersama. Alya duduk dan tanpa sedikit berbicara ia langsung mengambil nasi dan lauk yang sedikit. Keadaan mebisu. Mama akhirnya mengalah dan memulai pembicaraan duluan,

“gimana Al? Masakan mama enak?”

“enak ma” jawab Alya singkat

“suka nggak kamu?” tanya mama lagi

“suka kok, makasih ya mah” jawab Alya agak panjang sedikit dari jawabannya yang pertama. Keadaan kembali membisu sampai Alya dan mama selesai makan. Tanpa terucap satu katapun, Alya kembali ke atas menuju kamarnya, dia melihat ke arah jendela beberapa menit, tak sadar ternyata ia melamun. Rasanya lelah sekali meskipun tak melakukan kegiatan apapun. Ya, semenjak dia mempunyai penyakit itu, Alya jadi sering lelah, tak tau kenapa? Mungkin bawaan karena penyakitnya kali ya? Hmm, ngerii..

Karena Alya merasa udah nggak sanggup lagi untuk melek alias terjaga siang ini, akhirnya Alya pun membaringkan badannya di kasur, tak lama kemudian dia tertidur. Ia tertidur sangat pulas, mungkin karena kecapean kali ya, jadinya tidurnyapun sangat pulas.

Kak Stev, kakaknya Alya baru pulang dari sekolah, ia langsung mandi dan membaringkan badannya di kasur. Sebenarnya kak Stev ingin godain adik manisnya itu, namun sayang, Alya masih meram rapat alias tidur. Kak Stev yang mengerti kondisi Alya, slalu menghibur Alya kalau lagi sedih, dan kadang-kadang Alya nggak suka dengan keusilan kakaknya yang sering membuat ia tambah sakit. Kalau udah sakit gara-gara Stev, mama bertindak cepat.

Jam 6.00 p.m Alya baru bangun dari tidurnya, dia langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sehabis mandi, Alya ke kamar kak Stev dan ingin bercerita padanya. Tapi sayangnya kak Stev tidak ada di kamarnya, dan ternyata ia asyik membantu papa yang lagi kesulitan, ya Alya mengerti dan ia pun mengurungkan niatnya untuk bercerita kepada kakak semata wayangnya yang ganteng itu.

Hari sudah semakin malam, seharian Alya mengurung diri di kamar kecuali untuk makan dan menemui kak Stev, namun sayang kak Stev lagi benarr-benar sibuk, jadi niatnya untuk berceria ia kurungkan. Alya yang nyenyak tidur siang tadi, akhirnya malam ini dia terjaga dari tidurnya, ia slalu memandangi fotonya yang dulu, yang ceria, tak seperti sekarang yang sudah lemah fisiknya. Ia merasa sangat kangen dengan masa-masa dulu ketika Alya masih pandai bermain dengan sahabat-sahabat baiknya.

Lagi-lagi Alya nggak sadar kalau air matanya menitik ke foto yang lagi ia ratapi, rasa rindu dengan kondisi yang dulu sangat begitu terasa. Dia pengen bisa seperti anak-anak yang lain, namun sekarang sepertinya tidak mungkin, penyakitnya sudah benar-benar parah, ia tinggal menunggu waktu pelaksanaan oprasi dan menunggu ajal menjemputnya.

Alya menaruh kembali foto yang ia pegang erat-erat, foto yang diambil sudah lama, sebelum ia mengenai penyakit parah ini. Cewek cantik ini yang pintar dalam segala hal kini tak pintar lagi dala segala hal, hanya mata pelajaran pokok yang ia gampang mengerti, pelajaran olahraga sungguh ia slalu dikasih tugas lain dan dibedakan dengan teman-teman lainnya, tidak seperti dulu, batinnya. Alya menghapus air matanya yang telah jatuh di pipi dan frame fotonya itu.

Waktu sudah menunjukan pukul 9.00 p.m, waktunya untuk tidur, namun karena tidur siang Alya yang sangat pulas, ia bisa melawan rasa kantuknya dan mungkin terjaga dari tidurnya saat ini. Alya melihat catatan-catatan dari teman-temannya dulu waktu ia masih SD, kembali ia menjatuhkan air mata di pipinya yang chubby. Dia merasa kangen dengan teman-teman SDnya, namun sulit untuk Alya melakukan jalan-jalan sekarang yang sudah terkena penyakit yang tak bisa disembuhkan itu. Tak seperti dulu, batinnya lagi.

Alya kembali menaruh catatan yang membuatnya terngiang atas masa lalu yang masih cerah. Yang beda seperti sekarang. Namun Alya berfikir, akan ada harapan yang baru jika Tuhan mengkhendaki. Insomnianya karena sudah tidur siang, kini terkalahkan, Alya sudah membaringkan dirinya di tempat tidurnya, tak berapa lama kemudian, Alya pindah ke dunia lain alias sudah pulas dan bermimpi.



bersambung ..

coba,coba,coba :)

Mencoba buat novel, berawal di blogger ini, semoga sukses dehh, amiin :) ini cerita nggak nyata kok :) cuman sekedar dari inspirasi gw aja .. leave comment ya di facebook or twitter gw !
facebook : Nnas Hasna S
twitter : Nnashasna

Monday, March 29, 2010

Twitter , facebook , email

Hai firends ,

Follow my twitter :: http://twitter.com/nnashasna
Ett my facebook :: http://facebook.com/hasnaimut ( Hasna Hafizhah S )
Ett my mxit :: 62717281829
Ett my email :: Nnablablabla@yahoo.com




Thanks Friends :)

My Name's Hasna

Heloo .. Namaku Hasna Hafizhah Salma, kalian bisa panggil aku nana atau hasna , tapi teman - temanku biasa memanggil aku nana .. aku masih sekolah .. hmm ,, ini blog yang aku edit ulang , karena waktu itu aku jarang buka blog , alhasil keblokir .. hehe :D Friends , nice to know you .. :) Byee ~


Wassalam ^^