Sunday, January 22, 2012

Sang Penggoda

Karya Hasna Hafizhah Salma

Lelaki itu sedang menunaikan kewajiban lima waktunya. Iman dan islam ia amalkan dengan sebaik-baiknya. Cintanya pada Illahi Rabbi tak dapat dipathkan oleh apapun dan melebihi apapun. sunnahnya tak pernah ia lewatkan barang satu haripun. Pandangannya ia tundukan kala bidadari-bidadari berkeliaran indah di sekitarnya-Gadhul basher. Siang hari ia jadikan waktunya untuk memberi kebaikan terhadap sesame manusia. Malam harinya ia tundukkan kepalanya sejajar pada tumit dan kakinya demi mengharap ampunan dan perlindungan Yang Maha Kuasa.
            Tak pernah Syam-nama lelaki itu- memperhatikan teman-teman akhwatnya di dalam maupun di luar kelas. Bila ada tugas kelompok dan harus dikerjakannya bersama si akhwat, ia tetap melakukannya dengan menjaga pandangan. Apapun yang dilakukan Syam pada yang bukan mahramnya –bila memungkinkan dan sebisa mungkin- ia menahan pandangannya.
            Sampai hari itupun tiba, Syam tidak sengaja berpapasan dan tidak sengaja pula memandang wajah seorang akhwat yang tertutup rapih saat ia hendak melaksanakan sunatullah. Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah. Syam beristigfar sebanyak-banyaknya. Masih dapat menahan godaan yang baru saja terjadi.
            Belakangan ini –entah darimana dan mengapa- Syam mengetahui sekilas mengenai akhwat yang tak sengaja berpapasan dengannya. Namanya Salsa. Syam mulai merasa desir aneh ketika mendengar atau bahkan tak sengaja melihatnya. Syam merasa syaiton nan terkutuk tersebut sedang menggodanya. Setiap tak sengaja berpapasan dengan Salsa, selalu terdengan bisikan-bisikan –yang entah berasal darimana- yang membuat Syam semakin gelisah. “Udah nggak apa-apa sekali-kali memandang Salsa. Toh masa SMA mu kan cuman sebentar. Jangan sampai melewatkan masa SMAmu dengan beribadah saja, itukan tidak asik. Ayo gunakan kesempatan ini untuk memandangnya penuh.” Iya tuh bener. Pekik Syam dalam hati. Baru saja Syam menoleh untuk memandang Salsa, di sisi lain sepertinya hati kecilnya berteriak “JANGAN MEMANDAAANG! Jaga pandanganmu. Cintamu pada Allah terlalu suci untuk kau nodai dengan cinta atas dasar nafsumu pada wanita yang belum tentu akan menjadi mahrammu nanti.” Syam tidak jadi menoleh. Bisikan yang sama seperti bisikan awalpun terdengar kembali di telinganya –seakan tidak mau kalah “udah coba aja sekali memandang. Pacaran itu enak loh. Daripada mengagumi dari jauh doang. Batin coy batin.” Syam menoleh –benar benar menoleh. Tapi sepertinya Allah masih melindunginya, saat ia menoleh Salsa sudah tidak ada lagi di hadapannya. Syam ingin menangis. Entahlah pikirannya penuh dengan kepenatan saat ini.
            “Syam!” panggil Salsa dari jauh. Deg! Jantungnya serasa berhenti. Jaga pandangan. Jaga pandangan. Jaga pandangan. Batinnya dalam hati. Namun lagi-lagi bisikan yang entah darimana itu kembali menggoda “Liat aja, kesempatan emas. Jangan lewatkan. Jarang-jarangkan bisa lihat wanita dari dekat seperti ini apalagi Salsa sangat cantik.” Bisikan lembut lainnya membatah “Sabar. Allah bersamamu. Jaga pandanganmu. Ingat cintamu pada-Nya takkan terkalahkan oleh apapun.” Salsa semakin mendekat “Syam tunggu!”. Bisikan penuh dengan godaan itupun terdengar kembali “udah buruan pandang. Kesempatan nggak datang dua kali! Jarang loh ada wanita secantik Salsa.” Dan akhirnya Syam benar-benar tergoda. Dia menolah dan memandang ke sumber suara yang memanggilnya –akhwat yang telah membuat desir aneh padanya. Deg! Jantungnya berdegul lima kali lipat seperti biasanya. Tangannya mengeluarkan keringat dingin. Grogi.
“Syam, ana boleh minta tolong?”
“minta tolong a-pa?” jawabnya salah tingkah.
“ajarin ana matematika ya. Ana dengar antum bidangnya dalam soal matematika.” Syam melongo. Jantungnya kali ini berdebar tujuh kali lipat dari biasanya.
“bo-leh” jawab Syam makin salah tingkah. salsa mengangguk dan tersenyum.
“insyaAllah sabtu depan ya, antum bisa kan? Syukron ya.”
            Semenjak Salsa minta bantuan pada Syam, mereka semakin dekat. Salsa satu-satunya akhwat yang dekat pada Syam. Saking dekatnya mereka, sampai ada gosip yang men-judge mereka pacaran. Salsa yang ditanya mengenai gosip tersebut menggeleng tegas. Syam yang tercekik dalam keadaan seperti ini akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung pada Salsa dan menyatakan cintanya.
            Hari dimana Syam memberanikan diri menyatakan cinta pada Salsa pun tiba. Salsa yang mendengar pernyataan cintanya hanya pergi berbalik tanpa menyisakan senyum seperti biasa. Kecewa. Saat ia sudah merasa cukup jauh dan tidak melihat Syam lagi dari hadapannya. Ia mengirimi Syam pesan singkat –SMS- “Lelaki yang taat pada  Allah dan gemar melaksanakan sunatullah tidak akan pernah berani mencoba mengingkari dan mengkhianati-Nya. Lelaki yang taat pada Allah dan Rasulnya akan gemar menjaga cintanya pada Illahi Rabbi –Allah dan Rasulnya- bagaimanapun godaan menghampiri dan ia takkan pernah sudi menodai cintanya dengan nafsu yang tak terjaga.” Di seberang sana, Syam yang menerima SMS Salsa membuka dan membacanya. Syam merasa ditampar amat keras. Cintanya pada Illahi Rabbi ternyata masih kalah dengan godaan syaiton yang terkutuk………..

No comments:

Post a Comment