Dulu gue pernah suka sama cowok. Cowok itu sangat berarti buat gue. Sampe-sampe gue lupa waktu setiap gue lagi berbalas pesan singkat dengannya (baca: smsan). Dulu juga dengan gampangnya gue ninggalin sholat, kayak kaga ada beban gitu. Tapi itu dulu, tiga tahun yang lalu. Waktu gue masih SMA yang emang lagi pengen-pengennya bandel. Oke bukan pengen bandel tapi dari sononya udah bandel. Entah sudah berapa dosa yang gue perbuat dengan tampang innosen. Seakan lupa sama Tuhan yang sesungguhnya, Allah Swt. Astagfirullah. Tapi itu dulu.
Tiga tahun lalu. Ada seseorang yang amat special buat gue. Orang itu terlalu amat special. Oke gue berlebihan. Orang special itu Sam. Sudah lama gue suka sama Sam, dan udah lama juga gue jadi mak comblangnya dia sama setiap cewek yang dia suka. Tapi sayang, nggak pernah berhasil. Entahlah, gue yang salah apa emang dianya. Selama itupun gue mengorbankan perasaan gue dengan sepenuh hati. Gue bela-belain jadi orang munafik untuk menutupi fakta sesungguhnya bahwa gue suka sama dia. Miris memang. Tapi itu adalah satu-satu cara supaya gue bisa deket sama dia. Sampai suatu hari, nggak ada angin nggak ada hujan dia bilang sayang ke gue. Gue yang keadaanya waktu itu udah suka mati alias cinta mati sama dia seneeeengnya nggak kepalang. Sampe-sampe gue jingkrak-jingkrak di kamar, persis orang kesurupan. Gue meluk guling. Waktu itu gue terlalu senang, sampai-sampai gue nggak mikir dia serius apa nggak gue cuman nanya ke dia apa bener dia suka sama gue dan dia jawab iya. Benar. Gue nggak mau banyak nanya lagi ke dia. Gue takut harapan gue hancur berkeping-keping. Sejak saat itu gue sama dia merubah gaya bahasa gue elo menjadi aku-kamu. Seperti orang pacaran namun tidak pacaran. Dia nggak ‘nembak’ gue, cuman bilang sayang dan suka dan merubah gaya bahasa. Smsan pun yang biasanya ngomongin cewek yang dia suka, gimana caranya buat ‘nembak’, de es be. Kini berubah jadi tentang gue sama dia. Sms norak atau apapun yang menunjukan kemesraan layaknya seorang yang sedang beradu kasih (baca: pacaran). Contohnya “yang udah maem blm?” “ih kamu cantik banget sih” “kangen sama kamu” “lagi mikirin kamu” “kalo kamu bulan aku rela deh jadi bintangnya” dan lain sebagainya. Hiyaaaat. Bikin gue di mabok kepayang. Tapi sayang keberuntungan bukan di pihak gue. Setelah sebulan bermesra-mesraan, dia-Sam hilang tanpa kabar. Sms nggak pernah apalagi nelepon? Kaga pernah. Sampai akhirnya gue udah ngebatin menahan rasa rindu yang membelenggu, gue cerita ke sahabat gue yang juga sahabat baiknya Sam.
“yaampun gue seneng banget. Dia bilang sayang ke gue, kangen, muji dan lain lain deh pokoknya. Tapi udah belakangan ini dia ngilang.” Gue mengakhiri cerita. Sahabat gue-Army- bengong. Kayak reaksi orang nggak percayaan.
“serius dia kayak gitu?!” yang ternyata memang Army nggak percaya. Gue mengangguk. Dia menggeleng.
“muna juga dia.” Sambungnya lagi. Deg! Jantung gue berkontraksi lebih cepat. Penasaran. Dan apa maksudnya.
“maksudnya?” tanya gue mencoba untuk biasa.
“iya dia muna. Tau nggak kenapa? Gue bakal cerita tapi janji lu jangan nangis di depan gue. Oke?” tanyanya membuat kesepakatan. Gue mengangguk. Dia bercerita. Jantung gue makin bergerak tak karuan. Semakin lama semakin pelan dan hampir berhenti. Tapi untungnya tidak berhenti.
“dia kasihan sama lo makanya dia bilang suka ke elo. Dia tahu lu suka sama dia sejak awal. Awal banget. Dia juga tau tujuan lu mau nyomblangin dia. Yang intinya biar lo bisa deket sama dia. Intinya Sam munafik juga. Dia bilang suka sama lo cuman karena kasihan.” Army mengakhiri ceritanya. Deg! Jantung gue rasa-rasanya sudah berhenti berdetak. Perjanjian awal gue langgar, mendung di hati gue akhirnya turun hujan juga. Gue nangis. Bagus, gue nangis di depan sahabat gue. Malu men malu, harga diri gue…….
“KASIHAN?!” ulangku dengan rasa marah. Army mengangguk dan matanya seakan bilang “sabar ya”. Rasanya makin lama mau turun badai dari hati gue yang paling daleeem. Sejak saat itu dia-Sam minta maaf ke gue berulang-ulang. Tapi emang dasarnya gue masih sayang dengan gampangnya gue maafin dia. Tapi perlahan-lahan gue berubah, gue mulai menutup diri dari yang namanya makhluk cowok dan gue mulai mendalami agama. Emang bener ya kata pepatah lagi seneng ingetnya temen, lagi susah ingetnya Tuhan.
Tiga tahun pun telah berlalu. gue yang dulu udah jadi gue yang sekarang. gue yang udah sedikit paham tentang agama dan gue yang sudah membatasi hati buat para mahluk yang ber-gen cowok. Ya Rabbi…….inikah yang terbaik? Setiap sakit ada hikmah yang tersembunyi? Aku mencintainya karena-Mu.
karya Hasna Hafizhah S.
karya Hasna Hafizhah S.
No comments:
Post a Comment